REVIEW CINDERELLA MAN (2005): KESEMPATAN KEDUA
Inspirasional!
Itulah satu kata yang keluar dari mulutku begitu selesai menonton film
Cinderella Man yang dirilis tahun 2005. Ungkapan yang tidak berlebihan, memang,
karena melihat begitu banyak nilai yang bisa saya ambil dari film ini. Dalam
film tersebut bercerita tentang perjalan karier petinju legendaris Amerika
tahun 1920-1930an,
James J. Braddock. Penggambaran yang bagus dibuat oleh sang sutradara Ron Howard, yang mana dia merangkum
perjalanan karier dan hidup seorang Braddock menjadi sebuah cerita yang menarik
dan tidak membosankan.
Cerita
diawali dengan kesuksesan Braddock dalam memenangi pertandingan-pertandingan
besar tinju Kelas Berat Dunia yang selalu ditandingan di tempat sakralnya para
petinju, Madison Square Garden. Hal itu membawa keberkahan tersendiri bagi
hidupnya. Kehidupan keluarganya meningkat dengan pesat sebagai dampak dari
kesuksesan dirinya. Dia memiliki rumah yang bagus, istri yang cantik, dan
keluarga yang bahagia, yang menjadi impian banyak orang. Namun, hidup bagaikan
roda yang selalu berputar, kalau kita mengayuh dengan cepat, maka roda akan
cepat berada di atas lalu dengan cepat berada di bawah. Seperti itulah yang
dialami oleh Braddock. Setelah memenangi banyak pertandingan-pertandingan besar
di akhir 1920an, dia melemah akibat umur yang semakin bertambah yang
menggerogoti kekuatan tubuhnya. Selain faktor itu, pada tahun 1930an, Amerika
mengalami krisis ekonomi yang besar, yang mengakibatkan banyak pengangguran di
seluruh Amerika. Braddock pun jatuh miskin. Keluarganya terpaksa pindah ke
rumah yang kurang layak di lingkungan yang kumuh. Berbagai barang-barang
berharga yang dimilikinya dijual satu persatu demi bertahan hidup. Dia bahkan sampai berhutang
kemana-mana dan mencari kerja apapun.
Setelah
mencari kerja dimana-mana, dia akhirnya mendapat giliran kerja di dermaga,
sebagai kuli, yang bayarannya tentu tidak seberapa. Namun dia tetap bersyukur
kepaad Tuhan dan selalu bersikeras mempertahankan keluarganya dalam dekapannya,
sampai-sampai dia tidak mengizinkan istrinya untuk menitipkan anak-anaknya ke
saudaranya. Karena jika itu terjadi, dia telah ingkar janji kepada anaknya.
Kehidupan sulit tersebut dialami Braddock beberapa tahun sampai akhirnya Joe,
pelatih dan manajernya, menawarinya kembali ke ring tinju untuk satu
pertandingan saja. Tanpa pikir panjang Braddock menerima tawaran tersebut. Tanpa
disangka dia memenangkan pertandingan melawan Corn Griffin. Semua orang takjub.
Di usia yang tidak muda lagi, dia masih bertarung dengan penuh semangat,
layaknya petinju yang masih muda.
Joe
sigap dengan keadaan seperti itu. Dia menawari Braddock keluar dari kerjanya di
dermaga untuk kembali berlatih dan bertanding tinju. Istri Braddock sangat
menentang keputusan suaminya untuk comeback
di ring tinju. Bagaimana tidak, dia mengkhawatirkan kondisi suaminya akan
mengalami cedera-cedera yang parah di olahraga yang mempertaruhkan nyawa
tersebut, sekalipun akan menghadirkan uang dalam jumlah yang banyak. Namun, hal
itu tidak dihiraukan oleh Braddock karena yang ada dalam kepalanya hanya
semata-mata ingin membahagiakan keluarganya dan bangkit dari keterpurukan. Dia
pun percaya bahwa inilah kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan, sehingga
dia tidak mau menyia-nyiakannya. Braddock melakukan pertandingan keduanya
melawan John Henry Lewis dan dia menang, untuk kemudian menantang Lasky di
pertandingan selanjutnya, yang membuat dia mendapat julukan Cinderella Man.
Setelah itu tawaran untuk tanding semakin sering, salah satunya pertandingan
perebutan juara dunia Kelas Berat melawan Max Baer. Hal itu dapat terjadi
karena penantang utamanya berhalangan tampil karena sakit, maka Joe menawarkan
pertandingan tersebut kepada Braddock.
Sebelumnya,
Max Baer telah membuat dua petinju tewas di ring karena bertanding dengannya.
Karakter bertinju yang mengerikan dari Max Baer itu tidak membuat takut
Braddock. Dia siap melawannya dan menerima segala konsekuensinya. Istrinya sempat
memohon kepada Braddock agar menolak tawaran tanding tersebut, namun
dienyahkannya. Tibalah pada hari pertandingan. Penonton memenuhi kursi Madison
Square Garden dan meneriakkan nama Braddock. Hal itulah yang membuatnya lebih
bersemangat untuk bertanding. Dia
memulai pertandingan dengan baik dan terus menyerang Max Baer sepanjang pertandingan
tanpa kenal lelah, walaupun rusuknya mengalami cedera akibat pertandingan
sebelumnya. Namun, akhirnya,
Braddock dinyatakan menang angka oleh juri dan berhak mendapatkan sabuk juara
dunia. Setelah itu diceritakan kehidupannya semakin membaik dan keluarganya
hidup bahagia di New Jersey, yang juga tempat kelahirannya.
Itulah
kisah James J. Braddock, sang Cinderella Man. Ada beberapa nilai yang bisa saya
ambil dari film ini bahwa di balik karakternya sebagai petinju, Braddock
merupakan seorang suami, ayah, dan kepala keluarga yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup keluarganya apapun keadaannya. Dia tidak pernah
lelah dan menyerah terhadap keadaan buruk yang menimpanya karena dia selalu
bersyukur kepada Tuhan atas nikmat yang diperolehnya. Satu hal lagi yang bisa
ditangkap bahwa Tuhan akan selalu memberikan kesempatan kedua bagi makhluknya
untuk berubah. Kita harus memanfaatkannya dengan baik karena Tuhan tidak akan
merubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum tersebut untuk berubah.
No comments:
Post a Comment