The Heartbreak Kid
Sebenernya
gue nggak terlalu berharap banyak pada film ini. Gue nggak nge-fans
amat sama Ben Stiller, dan kalo diliat dari trailernya – kayaknya udah
ketebak ceritanya akan gimana. Eh, ternyata perkiraan gue salah. Tapi
gue nggak merekomendasikan film ini bagi para jomblo.
Ringkasan:
Eddie (Ben Stiller) adalah seorang pemilik toko alat olah raga
yang masih aja ngejomblo di usia yang lumayan telat. Yang selalu jadi
kekuatirannya adalah, bagaimana caranya bisa yakin bahwa dia nggak akan
salah pilih. Bagaimana caranya bisa yakin bahwa orang yang dikawininya
nanti adalah orang yang terbaik, dan nggak ada orang lain yang lebih
baik.
Gara-gara sebuah insiden penjambretan, Eddie kenalan dengan Lila (Malin Akerman)
– seorang cewek yang cantik dan ‘nampaknya’ sempurna. Eddie akhirnya
memutuskan untuk mengawini Lila, mengajaknya bulan madu ke Cabo, Mexico,
dan di sana kekuatirannya terbukti. Lila ternyata orang yang sangat
ajaib dan menjengkelkan.
Di resort tempat mereka berbulan madu, Eddie kenalan dengan Miranda (Michelle Monaghan)
yang lagi liburan bareng keluarga besarnya. Eddie naksir Miranda, dan
gayung bersambut – sampe akhirnya Eddie memutuskan akan menceraikan
Lila.
Komentar gue:
Yang menarik dari film ini adalah, alur ceritanya dibangun dengan
latar belakang yang kuat. Kenapa tokoh Eddie yang tadinya takut kawin
bisa ‘berani’ mengawini orang yang baru dia kenal selama 6 minggu,
kenapa Miranda bisa nggak tau bahwa Eddie udah beristri, dan kenapa Lila
bisa nggak tau Eddie pacaran lagi sama orang lain di tengah bulan madu
mereka – semua dikasih latar belakang yang menurut gue cukup logis.
Selain itu, yang juga gue suka dari film ini adalah: semua tokohnya
adalah ‘manusia biasa’. Nggak tokoh yang dipaksakan jadi super bego,
super culas, atau super gila untuk memancing tawa penonton. Semuanya
adalah sosok-sosok yang biasa aja, yang mungkin kita temui dalam
kehidupan nyata. Keadaan lah yang bkin mereka terlibat dalam situasi
yang menggelikan – sebagaimana layaknya sebuah sitcom.
Lagipula, memang adegan2 dalam film ini nggak seluruhnya dirancang untuk memancing penonton ketawa, kok. Yang ada malah pentonton diajak ikutan introspeksi, bila mereka berada dalam situasi yang sama, apa yang akan mereka lakukan?
Lagipula, memang adegan2 dalam film ini nggak seluruhnya dirancang untuk memancing penonton ketawa, kok. Yang ada malah pentonton diajak ikutan introspeksi, bila mereka berada dalam situasi yang sama, apa yang akan mereka lakukan?
Catatan khusus buat Malin Akerman yang dengan sukses berubah drastis
dari cewek menggiurkan di awal film, jadi makhluk menjijikkan di tengah
film. Mudah-mudahan setelah ini dia dapet peran-peran yang lebih
menjanjikan.
Yang terakhir, film ini gue suka karena sampe adegan terakhir gue
nggak bisa nebak akan gimana endingnya. Bahkan sampe beberapa detik
menjelang film selesai, masih ada satu kejutan lagi buat penonton.
Memang tetep ada beberapa adegan yang sedikit dilebih-lebihkan, tapi
secara umum ini film yang memuaskan gue – baik secara emosional maupun
rasional , sehingga dia layak dapet 5 bintang. Film yang sangat gue
rekomendasikan untuk ditonton untuk semua orang, kecuali ya itu tadi…
bagi para jomblo!
No comments:
Post a Comment