Friday, November 1, 2019

Harry Potter and The Prisoner of Azkaban

[REVIEW] Harry Potter and The Prisoner of Azkaban (2004)

Masih dengan latar belakang film British, yang satu ini sudah ada sejak jaman saya masih SD : Harry Potter. Sewaktu SD bocah-bocah seumuran saya suka terkagum setiap kali film ini tayang di layar televisi. Barangkali bukan karena ceritanya―membaca baris tulisan berjalan di bawah gambar tidak menarik bagi bocah―karena Harry Potter mengisahkan penyihir dengan trik-trik sihirnya, film ini bagi saya adalah pioneer film fantasy dengan editan “terbersih” pada masanya.
Dari ketujuh seri film ini, salah satu yang favorit adalah Harry Potter (3) And The Prisoner of Azkaban. Seminggu terakhir saya mulai mengulang untuk menonton film yang mulai orbit tahun 2001 ini sedikit-sedikit, disempetin di sela tugas sekolah numpuk. Saya bingung awit dari mana. To the Point aja ya :
Satu kata untuk Harry Potter ? Tentu saja, Magic.
Dari awal menonton saya langsung dibuat kagum. Dari segi cerita, juga gambar. Harry Potter menyuguhkan fairytale yang didamba-dambakan dunia hiburan pada masanya. Dunia harus mengetahui kejeniusan J. K. Rowling sebagai penulis novel fantasy yang jadi kiblatnya ini. Harry Potter adalah film paling keren pertama di abad ke-21!
harry-potter-and-the-prisoner-of-azkaban.11669“Sihir itu tidak nyata. Banyak orang beranggapan fairytale hanya untuk anak-anak.” That-is-a-big-rubbish. Setiap orang butuh cerita khayalnya sendiri, bahkan orang dewasa sekalipun. Inilah yang diberikan Harry Potter, fantasi yang cocok untuk semua golongan.
Berkisah dari Harry, bayi yang selamat dari tangan Voldemort dan kemudian diasuh oleh keluarga bibinya yang luar biasa menyedihkan, akhirnya Harry pada umur kesebelas dipanggil untuk bersekolah di tempat ayah dan ibunya dulu bertemu dan belajar ilmu sihir. Dua seri pertama selalu mengisahkan bagaimana pertemuan Harry dan Voldemort, penyihir hitam terkejam yang mana orang-orang hanya memanggilnya dengan You-Know-Who sekaligus pembunuh kedua orang tuanya. Pertemuan singkat, pun tidak dengan wujud asli Voldemort yang bikin penasaran.
Di seri ketiga, dikisahkan Harry yang tidak betah lagi tinggal bersama keluarga bibi yang selalu menindas dan menjelek-jelekkan kedua orang tuanya, Akhirnya ia pergi dengan naik bus dari dunia sihir yang datang padanya, untuk menjemput Penyihir yang Tersesat. Kisah terus berlanjut hingga Harry kembali ke Hogwarts di tahun ajaran baru. Berita mengerikan tersebar, bahwa Sirius Black, seorang tahanan penjara Azkaban (penjara bagi penjahat kelas berat) berhasil kabur dan jadi buronan. Desas-desus menyebar jika ia merupakan pengikut Voldemort. Harry diberitahu bahwa Sirius kabur untuk mencari Harry, satu-satunya musuh bagi Voldemort yang tersisa.
sirius_black_wanted_gif_by_nightgrowler-d3443e2Poster yang tersebar terkesan serem. Namun kejeniusan dari kisah Harry Potter adalah, semua yang ada bisa selalu terbalik kemudian.
Karena berita ini, lingkungan Hogwarts dikelilingi oleh para Dementor, namun entah mengapa makhluk-mahluk ini lebih suka mendekati Harry. Terkena ciumannya akan terasa menyiksa, namun ketika itulah ia diselamatkan oleh guru Ilmu Penangkal Sihir Hitam Hogwats yang baru, Professor Lupin. Dari tiga seri guru Ilmu Penangkal Sihir Hitam selalu diganti karena biasanya darisanalah villain muncul, namun kali ini mungkin tidak.
Kisah berlanjut, mengombang ambingkan anggapan tentang siapa yang buruk – siapa yang baik. Prof Lupin telah berkali-kali menyelamatkan Harry dari Dementor dan Prof Snape, namun ternyata ia berkawan dengan Sirius Black. Namun apakah Sirius Black jahat? ternyata tidak, malahan ia disebut-sebut sebagai Harry’s Godfather (ayah babtis / ayah pelindung Harry Potter sewaktu masih bayi). Awalnya ku kira Prof Snape jahat karena membenci Harry dkk Gryffindor, namun ternyata ia memberi sinyal tersirat bahwa guru mereka Prof Lupin merupakan werewolf (serigala jadi-jadian) dan menyelamatkan Harry darinya. Tikus peliharaan Ron yang innocent malah merupakan perubahan wujud seorang pengikut Voldemort sesungguhnya, yang menghianati kedua orang tua Harry.
Oh iya, satu quote yang terkenal dari seri ini. Kata-kata Kepala Sekolah Sihir yang bijak, ketika ketakutan akan dementors yang melindungi sekaligus berbahaya bagi warga Hogwarts sendiri,
“Happiness can be found even in the Darkest of the time, if one only remembers to turn on the light” ―Albus Dumbledore
The TIME PARADOX
Hal-hal menarik terjadi di seri ini, salah satunya di perempat akhir filmnya : dikisahkan Sirius Black akan diserahkan kepada Dementor untuk dihukum. Harry Potter dan Hermione Granger ingin menyelamatkannya, namun bagaimana? Albus Dumbledore pun datang, memberi saran dan isyarat yang hanya dipahami oleh Hermione. albus1timeparTernyata mereka harus kembali ke masa lalu, menggunakan kalung waktu yang diberikan Prof McGonagall padanya untuk mengikuti pelajaran sepanjang tahun (inilah alasan mengapa ia bisa begitu pintar). Kejadian-kejadian yang belum jelaspun terurai, seperti pada saat hukuman mati Buckbeak, seekor Hippogriff, ternyata hewan itu tidak benar-benar mati seperti yang―paling tidak―Harry, Ron dan Hermione ketahui sebelumnya. Ternyata mereka tidak melihat, bahwa hewan innocent itu sudah diselamatkan lebih dulu oleh Harry dan Hermione dari masa depan. Mereka hanya tidak boleh melihatnya saja. Yang mereka lihat tak lain adalah Algojo yang memotong buah labu besar.
Siapa yang melempar batu di rumah Hagrid? ternyata adalah Hermione sendiri, untuk menyadarkan mereka di masa lalu bahwa Dumbledore, Menteri dan Algojo akan segera datang. Yang melolong kepada werewolf untuk menyelamatkan Harry juga Hermione.
Sampai pada saat di danau, ketika Harry dan Black dikelilingi banyak dementor dan mereka sedang tersiksa. Harry yang percaya bahwa yang menyelamatkannya waktu itu adalah ayahnya akhirnya menyelamatkan dirinya sendiri.
Tumblr_m9dlcwP2yr1qiyseco3_250Bagaimana bisa? itulah yang pertama muncul di pikiran. Time paradox, dimana jika Harry tidak melakukannya maka “masa depan” akan berubah. Masih bingung? Jika Harry memilih untuk menunggu ayah yang diharapkannya muncul sambil menonton dirinya sendiri sekarat, masa depan yang terbentuk selanjutnya, salah satunya, mungkin dengan kematian dirinya. Jika dirinya mati, tidak akan ada masa dimana Harry dan Hermione memperbaiki masa lalu, itu artinya tidak akan ada masa lalu dan saat ini.
Itulah mengapa Harry berkata ia spontan melakukannya, seakan-akan ia terdorong karena sudah melakukannya sebelum ini. Bukan, bukan berkat latihan dengan Prof Lupin waktu itu, tetapi memang sudah “ditakdirkan” untuk melakukannya. dengan itu Harry mendapati bukan Ayahnya yang datang waktu itu melainkan ia menyelamatkan dirinya sendiri.
Membingungkan? Perkenalkan, namanya Paradoks.
Kalau tertarik dengan teori Paradoks Waktu masih banyak film yang mengambil tema tersebut : Film lawas Back To The Future dan sedikit ada di Doraemon terbaru Stand by Me, semuanya jenius, yang saya pilih paling favorit, ya Harry Potter and The Prisoner of Azkaban.
Tidak banyak yang perlu dikoreksi dari film ini, hampir sempurna. Cerita udah asli bagus. Latar London tempo dulu adalah favorit saya. Trik-trik sihir yang disuguhkan memukau, gak terlalu ngetarani, editan dan animasi badaiii. Akting pemain oke (Daniel Radcliff, Emma Watson dan Alan Rickman aka Severus Snape ane ngidol banget) Mungkin cuma gara-gara film terbitan lama, kualitas dan sudut pengambilan gambar di beberapa scene kurang dikiit. Tapi gak bisa nyalahin apa-apa, sudah bagus begini apa adanya kok.

No comments:

Post a Comment