Film Review: After Earth (2013)
Kalau tidak ada kerjaan, seru juga menghitung berapa banyak plot hole di dalam film After Earth, karya terbaru auteur Amerika yang dulu dikenal dengan film-film misterinya, M. Night Shyamalan. Akan tetapi kalau saya sih lebih memilih untuk sit tight and enjoy the film. Let’s not forget to low our expectation and voila, it’s a very enjoyable sci-fi adventure ride with some moving moments.
Skrip yang ditulis oleh Shyamalan bersama Gary Whitta berangkat dari ide Will Smith, yang tidak hanya bertugas sebagai aktor, namun juga produser untuk After Earth. Berkisah tentang hubungan ayah-anak yang terlunta di pegunungan akibat kecelakaan, awalnya bukanlah berbentuk sebuah kisah fiksi-ilmiah. Tapi ini Will Smith. A blockbuster star. Kalau hanya mau membuat melodrama yang dibintangi oleh dirinya sang anak kesayangan, Jaden Smith, mereka sudah mempunyai The Pursuit of Happyness (2006).
Lagipula Jaden sudah beranjak dewasa. Lima belas tahun di Juli mendatang. Daddy needs him to be his successor of throne. Maka sebuah film petualangan merupakan alat yang paling tepat. Premis After Earth masih mengadopsi konsep awal ide cerita Smith, akan tetapi tambahkan elemen sci-fi agar aksi heroik Jaden terlihat semakin keren saja, sedangkan sang ayah mengalah menjadi sosok sekunder yang bertugas menjadi pemandu (mentor) untuk sang anak.
Alih-alih pegunungan, kecelakaan terjadi di luar angkasa, dan menyebabkan pesawat yang ditumpangi oleh seorang jendral bernama Cypher Raige (Will Smith) bersama anaknya Kitai (Jaden Smith) harus mendarat secara darurat di planet Bumi yang sudah selama 1000 tahun tidak dihuni oleh manusia. Sang ayah yang terluka kemudian menugaskan anaknya untuk mencari potongan pesawat yang terhempas berkilometer jauhnya untuk menemukan suar yang bisa menyelamatkan anaknya. Jangan lupakan wanti-wanti si ayah buat sang anak, “Fear is not real. It is a product of thoughts you create. Do not misunderstand me. Danger is very real. But fear is a choice.”
Ayah normal manapun pasti lebih memilih ia yang menerjang bahaya ketimbang sang anak. Akan tetapi dalam filosofi After Earth, seorang anak harus membuktikan jika ia harus bisa menjadi kloning sejati sang ayah. Termasuk mengembara di lahan asing yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Listen carefully Jaden. Or daddy might not love you anymore.
Dalam durasi 100 menit, After Earth terasa sangat padat namun kosong secara bersamaan. Perkenalan karakter berjalan dengan sangat cepat dengan asupan informasi yang dipaksakan kepada penonton untuk dapat mengenal lebih lekat karakter-karakternya. Dalam perkembangannya, nyaris tidak terjadi sesuatu yang signifikan dalam pergerakan plotnya, kecuali melihat karakter yang diperankan oleh Jaden berlari kesana-kesini (sembari diperlihatkan terkadang labil, ceroboh dan marah-marah tak menentu) dan dengan berusaha sekuat tenaga menampilkan akting yang meyakinkan.
Akan tetapi, pengarahan Shyamalan ternyata cukup enak untuk dinikmati. Terlepas dari kualitas CGI yang so-so dan cerita yang longgar, penempatan ketegangan cukup efektif untuk membuat petualangan Kitai tidak terasa kering. Dan jika menganggap Shyamalan sekarang sebagai director-for-hire dan kehilangan ciri khasnya, look closely, because the farther you think he are, the more you will actually see.
Metafora. Sesuatu yang awam bagi Shyamalan dan film ini punya banyak. Ingat kata Cypher kepada Kitai, “everything on this planet has evolved to kill humans.” Pada kenyataannya, kecurigaan besar mereka terhadap mahluk Bumi justru kurang tepat. There’s something alien who actually like to devour their life in a mouthful. Dalam satu adegan menyentuh yang melibatkan burung elang raksasa, emosionalisme dan ironi ala Shyamalan segera menyeruak. Dan oh, jangan lupakan karakter-karakter yang senantiasa murung dan nyaris humorless.
Apakah After Earth adalah film sci-fi/petualangan/ayah-anak terbaik? Tentu tidak. It’s mediocre at best. Easily forgotten? Mungkin. Tapi, apakah ini film yang sangat buruk? Well, you need to have a brain check ASAP if you said yes. Like seriously.
No comments:
Post a Comment