Friday, November 1, 2019

Mirror Mirror

MIRROR MIRROR (2012)

Pada review film Snow White and the Huntsman saya sempat menuliskan bahwa saya memilih menonton film yang dibintangi Kristen Stewart tersebut di bioskop dan melewatkan adaptasi yang dibintangi Lily Collins ini. Alasan saya tidak menontonnya sih yang pertama adalah karena saat Mirror Mirror tayang di Jogja saat itu kebetulan saya sedang mengalami kesulitan uang. Kemudian ditambah dengan review yang tidak terlalu bagus dan mengatakan bahwa kisahnya lebih condong kearah komedi keluarga yang ringan dan tidak ada perubahan signifikan dari kisah aslinya. Maka saya lebih memilih melewatkan film garapan Tarsem Singh ini dengan maksud akan menontonnya di DVD dan menonton versi Rupert Sanders di layar lebar. Tapi pada akhirnya Snow White and the Huntsman yang lebih gelap dan lebih menonjolkan sisi aksinya justru mengecewakan saya karena meski mampu menonjolkan visual dengan cukup baik dan diwarnai performa bagus dari Charlize Theron film tersebut punya kekurangan yang sangat terasa dalam naskahnya. Justru Mirror Mirror yang punya kisah jauh lebih ringan dan menonjolkan komedinya ini masih lebih menghibur.
Anggapan bahwa Mirror Mirror tidak menawarkan hal yang baru dalam adaptasinya terhadap dongeng Puteri Salju tidaklah sepenuhnya tepat karena ternyata terdapat beberapa perubahan baik yang cukup signifikan sampai perubahan-perubahan kecil yang terdapat pada detilnya. Kisah utamanya masih tidak jauh beda, yaitu tentang seorang ratu jahat (Julia Roberts) yang mengambil alih tampuk kekuasaan sebuah kerajaan setelah membuat sang raja "menghilang" dan mengurung puteri raja yang bernama Snow White dan melarangnya keluar dari kamar. Hingga 10 tahun berselang Snow White (Lily Collins) kini telah berusia 18 tahun dan masih tetap dikurung oleh sang ratu. Sampai suatu hari Snow White nekat kabur untuk melihat kondisi kota dan rakyatnya yang ternyata dalam kondisi amat memprihatinkan dibawah kekuasaan sang ratu yang kejam. Pada saat dia kabur dari istana itulah Snow White bertemu dengan Pangeran Alcott (Armie Hammer) dari Valencia. Pertemuan pertama tersebut ternyata sudah cukup untuk membuat keduanya saling jatuh cinta. Disisi lain justru sang ratu berniat untuk menikahi Pangeran Alcott. Untuk itulah ia harus menyingkirkan Snow White dan satu-satunya cara adalah dengan membunuh sang Puteri Salju. Tapi seperti yang sudah kita tahu usaha tersebut tidak berjalan lancar karena Snow White masih bertahan hidup di hutan dan akhirnya bertemu dengan ketujuh kurcaci yang tinggal di hutan tersebut sebagai bandit.
Naskah dari Mirror Mirror amatlah ringan karena memang sasarannya adalah untuk membuat sebuah sajian komedi-fantasi yang bisa ditonton bersama-sama seluruh anggota keluarga. Tapi walaupun sederhana ada hal yang membuat film ini menjadi lebih enak diikuti daripada versi satunya lagi yang lebih kearah medieval daripada kisah fairy tale. Disaat Snow White and the Huntsman memang sedari awal mencoba untuk memberikan twist dalam ceritanya dan berambisi membuat kisah Snow White yang berbeda, Mirror Mirror tidak seperti itu. Memang ada beberapa perubahan dalam kisah dan karakterisasinya tapi hal itu lebih kepada penyesuaian terhadap konsep komedi yang diusung sehingga walaupun terasa ringan dan mungkin kurang berbobot tapi jalinan ceritanya tetap enak diikuti karena hampir tidak ada momen yang terasa dipaksakan. Komedinya sendiri memang tidak selalu berhasil tapi cukup menghibur, apalagi ada beberapa momen dimana film ini menjadikan ciri khas kisah Snow White sebagai bahan lelucon. Meski begitu kisahnya sempat beberapa kali berjalan kurang rapih dan berjalan terburu-buru. Asumsi saya hal itu dilakukan karena Tarsem Singh percaya bahwa meski ceritanya berjalan tidak dengan rapih antar adegannya, penonton masih bisa menangkap maksud ceritanya karena memang kisah Snow White sudah begitu mengakar dalam diri penontonnya. Sebuah anggapan yang benar namun alangkah lebih baiknya jika penggarapannya lebih rapi dan tidak terlalu terlihat kesan buru-burunya.
Seperti yang telah saya sebutkan, yang berbeda dalam Mirror Mirror tidak hanya ceritanya tapi juga karakterisasi tokoh-tokohnya. Perubahan tersebut sekali lagi dilakukan untuk menyesuaikan tone filmnya yang kental dengan unsur komedi. Yang paling terasa jelas sosok Ratu yang disini tidak digambarkan sebagai sosok yang kejam. Masih jahat memang, tapi kejahatannya tidaklah ditampakkan lewat jalan yang kejam. Liaht saja jika Charlize Theron sebagai Ratu sibuk menghisap sari gadis muda, maka versi Julia Roberts lebih sibuk mengurusi penampilannya dengan cara merawat diri dengan ramuan hewan menjijikkan, memakai korset super sempit hingga usahanya menikahi seorang pangeran tampan. Dia juga bukanlah seorang ratu yang iri pada kecantikan anak tirinya tapi lebih kepada ratu yang boros dan semena-mena hingga terancam bangkrut. Memang ia masih berusaha membunuh Snow White tapi sang Puteri Salju tidak diperlihatkan mendapat siksaan yang kejam juga dari sang ibu tiri. Julia Roberts mampu tampil baik memerankan sang ratu. Jika harus memilih saya lebih suka versi Charlize Theron, tapi keduanya sama baiknya. Hanya saja memang pendekatan karakternya jauh berbeda. Perbedaan juga terdapat pada karakterisasi sang pangeran. Tidak ada Prince Charming yang keren dan romantis yang ada hanya Prince Alcott yang meski tampan tapi seringkali terlihat bodoh dan konyol.
Sedangkan untuk tokoh Snow White sendiri saya sangat menyukai sosok Lily Collins yang meski harus menampilkan momen komedik dan beberapa sempilan aksi dia tetap tidak pernah kehilangan keanggunan dan kecantikannya. Pada sosok Snow White inilah Mirror Mirror unggul telak dibanding Snow White and the Huntsman. Saya memang mengatakan bahwa Kristen Stewart tidak buruk, tapi jika dibandingkan dengan Lily Collins, maka aura puteri jauh lebih terpancar dari diri Collins di momen apapun baik itu drama, aksi sampai komedi. Aura puteri yang kuat itu jugalah yang membuat film ini tetap punya nuansa fairy tale yang kuat meski dirombak jadi kearah komedi. Selain itu faktor visual ala Tarsem Singh yang unik dan mencolok juga membuat suasana dongeng tetap terasa kuat disini. Lihat bagaimana modifikasi yang dilakukan terhadap cermin ajaib yang cukup kreatif. Film ini juga merupakan film terakhir yang kostumnya dirancang oleh Eiko Ishioka yang selalu jadi langganan Tarsem selama ini. Eiko meninggal dunia dalam usia 64 tahun dua bulan sebelum filmnya rilis. Akan menarik ditunggu siapakah yang akan merancang kostum untuk film Tarsem berikutnya. Sedangkan untuk Mirror Mirror secara keseluruhan tidaklah buruk meski masih punya kekurangan dalam hal penceritaannya, tapi dibandingkan adaptasi Snow White yang satu lagi saya lebih suka Mirror Mirror yang meski mengalami modifikasi tetap tidak kehilangan nuansa fairy tale-nya, dan lagi ada sosok Lily Collins yang begitu pas menjadi Puteri Salju yang anggun nan lucu. Jangan lewatkan juga aksinya menyanyikan lagu "I Believe in Love" dengan gaya Bollywood yang meriah, lucu dan juga catchy.

No comments:

Post a Comment