Friday, November 1, 2019

Me Before You

Me Before You | Movie Review

Me Before You (2016)
Sutradara: Thea Sharrock
Penulis naskah: Scott Neustadter, Michael H. Weber, Jojo Moyes
Produser: Karen Rosenfelt, Alison Owen
Pemain: Emilia Clarke, Sam Claflin, Janet McTeer, Jenna Coleman, Charles Dance, Brendan Coyle, Matthew Lewis.

Emilia Clarke, Sam Claflin, Janet McTeer, Jenna Coleman, Charles Dance, Brendan Coyle, Matthew Lewis, Samantha Spiro, Vanessa Kirby, Ben Lloyd-Hughes, Stephen Peacocke - See more at: http://www.wowkeren.com/film/me_before_you/#sthash.TbiJIx77.dpuf

Emilia Clarke, Sam Claflin, Janet McTeer, Jenna Coleman, Charles Dance, Brendan Coyle, Matthew Lewis, Samantha Spiro, Vanessa Kirby, Ben Lloyd-Hughes, Stephen Peacocke - See more at: http://www.wowkeren.com/film/me_before_you/#sthash.TbiJIx77.dpuf

Emilia Clarke, Sam Claflin, Janet McTeer, Jenna Coleman, Charles Dance, Brendan Coyle, Matthew Lewis, Samantha Spiro, Vanessa Kirby, Ben Lloyd-Hughes, Stephen Peacocke - See more at: http://www.wowkeren.com/film/me_before_you/#sthash.TbiJIx77.dpuf
Studio: Warner Bros
Based on Jojo Moyes book, Me Before You.
Will Traynor sangat mencintai hidupnya, dia telah pergi ke berbagai tempat dan melakukan berbagai hal yang disukai, seperti olahraga ekstream, menjadi pengusaha sukses, memiliki segalanya. Namun, sebuah kecelakaan membuatnya lumpuh dari leher ke bawah, dia menderita quadriplegia. Pada mulanya Will terus berusaha untuk sembuh sampai akhirnya dia menyerah, dia sudah tidak lagi bisa menikmati hidup, dia kehilangan semangat untuk terus hidup. Will menjadi pribadi yang sarkastis, sinis, dan dingin, tidak ada yang mau mengurusnya karena semua ketakutan, kecuali Nathan seorang yang mengurus kebutuhan medis dirinya. Will membutuhkan seorang lagi untuk mengurus kesehariannya.
Louisa Clark, seorang gadis yang berusia 26 tahun baru saja kehilangan pekerjaanya di sebagai pelayan kafe, Lou bertugas membantu membiayai kebutuhan hidup keluarganya karena sang adik yang single mother, Treena harus kuliah, dia satu-satunya yang bisa diharapkan. Dia pergi ke Job Centre tapi tidak ada perkerjaan untuknya karena keahliannya terbatas, petugas pun menawari sebuah tawaran yang baru saja masuk dan bergaji lumayan, yaitu merawat orang cacat. Karena tidak ada pilihan lain dan Lou sangat membutuhkan uang, dia pun menerima tawaran tersebut. Perkerjaannya ternyata tidak semudah yang dibayangkan Lou, Will, orang yang harus dirawatnya sangat dingin dan tidak ingin diganggu, Lou merasa tidak betah karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi dia tidak bisa keluar karena hanya itu pekerjaan yang dia dapatkan. Ditambah ketika mantan pacarnya Will, Alicia dan sahabatnya Rupert datang dan mengabarkan kalau mereka akan menikah.

Will marah dan sangat terluka, hal tersebut bukannya membuat Lou semakin takut tapi membangkitkan Lou untuk tidak menyerah pada Will, Treena juga mendukung keputusan tersebut. Pendekatan dengan gaya unik pun membuat Will lebih terbuka dan mulai berkomunikasi, bahkan dia mengajak Lou menonton film Perancis menggunakan subtitle, memberikan kado ulang tahun yang sangat disukai Lou dan membahas tentang kehidupan mereka khususnya tentang impian Lou, tentang Lou yang tidak cocok dengan Patrick, cowoknya yang lebih mementingkan olahraga daripada apa pun, bahwa Lou sebenarnya memiliki potensi besar dalam dirinya dibalik penampilannya yang unik dan sangat sia-sia kalau dia hanya ada di kota kecil tempat selama ini dia tinggali.
Suatu ketika saat Will sakit, Lou tidak sengaja melihat luka di tangan Will, percobaan bunuh diri tersebut ternyata menjadi pilihan Will karena ibunya menolak ketika Will ingin mengikuti Dignitas (sebuah organisasi yang membantu orang-orang terminal untuk mengakhiri hidup mereka yang berlokasi di Swiss). Ibunya pun memberikan waktu selama enam bulan agar Will memikirkan kembali dan siapa tahu dalam enam bulan tersebut keputusannya akan berubah. Hal tersebut semakin memacu Lou untuk membuat Will lebih menghargai hidupnya, bahwa dia bisa menjalani hidup walau tidak memiliki kehidupan yang sempurna. Lou pun membuat rencana perjalanan agar membuat Will berubah pikiran, mulai dari mendatangi pacuan kuda, orkestra sampai ke tempat-tempat indah. Enam bulan waktu yang dibutuhkan Lou agar orang yang dicintainya memperjuangkan hidupnya.
 



Akhirnya kesampaian nonton juga setelah menanti-nanti sejak trailernya diputar dan yakin nggak akan tayang di Indonesia, untungnya ada streamingnya yang bisa kalian tonton di sini XD. Sejujurnya filmnya jauh dari ekspektasi saya, dilihat dari trailernya sepertinya menggoda, apalagi dibintangi oleh Emilia Clarke dan Sam Claflin serta setting yang sangat indah, tapi ketika sepanjang menonton sampai akhir cerita tidak ada bagian yang benar-benar membuat saya terharu atau wah, tidak seperti ketika saya membaca bukunya. Dari segi cerita sebenarnya tidak terlalu mengalami perombakan yang cukup besar, mungkin karena ada nama Jojo Moyes, sang pemilik cerita yang ikut andil dalam pembuatan naskah, hanya saja ketika saya menonton saya sedikit merasakan bosan.

Hal yang saya sukai dari film adaptasi dari novel Me Before You ini adalah peran Louisa Clark sangat baik diperankan Emilia Clarke, keunikannya, kepolosannya, style-nya, apa yang saya bayangkan cukup tercermin pada dirinya, dan saya sangat-sangat suka isi kamarnya, sepatunya yang aduhai cantik banget digantung berjejer, gaun-gaunnya yang colorfull dan vintage bikin saya iri sepanjang nonton! Saya bisa merasakan beban Lou dari keluarganya, bagaimana dia awalnya tidak menyukai Will tapi begitu melihat kehidupannya yang tidak mudah dia bisa bersimpati dan ingin membuat Will bersemangat lagi. Saya juga sangat menyukai seetting ceritanya, kastil-kastilnya indah banget.

Sayangnya saya merasa akting Sam Claflin tidak sebaik peran Mother of Dragons yang menjadi lawan mainnya tersebut. Chemistry mereka juga nggak terlalu terasa, saya nggak merasakan kalau Will memiliki perasaan yang sama seperti Lou, aktingnya datar dan membosankan, saya tidak bisa tergila-gila padanya, yang saya dapatkan dari dirinya hopeless yang berkepanjangan. Saya lebih terhibur dengan akting para pemeran pembantunya, entah itu mulai dari Nathan yang sangat mengerti kebutuhan Will, ibunya yang sangat menyayangi dan berusaha menghadirkan seseorang yang bisa menghiburnya, sampai ayahnya Will yang sebenarnya tidak memiliki hubungan yang baik dengan istrinya tapi demi Will dia berkompromi.

Yah, walau tidak memuaskan seratus persen, setidaknya film ini tetap membawa pesan yang bagus, sebuah isu yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan yaitu euthanasia, hak untuk hidup, tentang pilihan seseorang di mana orang lain tidak bisa ikut merasakannya. Setidaknya, dari sosok Will kita bisa memahami bahwa mereka yang cacat fisik dan tidak ada lagi harapan untuk kesembuhan, berusaha hidup dengan ketidaksempurnaan, ada masa di mana mereka lelah dan ingin mengakhiri semuanya. Sedangkan dari Lou, kita bisa melihat bahwa masa lalu yang kelam dapat mengubah seseorang dan membuatnya menyembunyikan potensi yang dimiliki, Will ingin Lou menyadari akan kelebihannya, untuk keluar dari zona nyaman, dan dia memiliki kesempatan yang tidak boleh disia-siakan untuk mewujudkan semua impiannya, Lou harus bahagia atas hidupnya, dia harus menikmatinya.

Film ini bisa dinikmati oleh remaja ke atas, tidak ada adegan dewasa yang vulgar, hanya ada beberapa adegan ciuman yang bisa diterima secara wajar. Recommended bagi yang ingin menonton film bergenre sicklit, mental illness. Oh ya, lanjutan bukunya, After You juga akan diterbitkan oleh Gramedia, kemungkinan terbit bulan ini, semoga aja nanti juga dibuat filmnya ya :D.

3 sayap untuk live boldly, live well, just live.

No comments:

Post a Comment