Thursday, October 17, 2019

Down With Love

One word to describe what I feel about this movie. SWEET!
Ya, saya suka sekali film ini. Benar benar suka sehingga tidak menolak untuk menontonnya berulang kali. Jadi, 14 September 2010 ditengah waktu liburan saya yang makin menipis, saya meluangkan waktu untuk menonton film drama-komedi satu ini.
Dibuka dengan credit title bergaya after effect, saya tau saya akan kembali jatuh cinta dengan film ini.
Cerita berawal dari penerbitan sebuah buku bersampul pink dengan judul “Down With Love”. Buku ini menumbuhkan apa yang dapat dinamakan sebagai sebuah gerakan ‘girl power’. Hal ini ditegaskan oleh salah satu ucapan sang penulis “Down with love? Just eat some chocolate, forget the man, and take control of your own life”. Adalah Barbara Novak (Renee Zalweger), sang penulis yang lalu menjadi sangat terkenal karena keberhasilan bukunya menembus best seller,  yang menjadi tokoh sentral film ini. Cerita semakin menarik dengan kehadiran seorang jurnalis beken, tampan sekaligus playboy, Catcher Block (Ewan McGregor). Keduannya bertentangan dan saling bersaing. Untuk ‘memenangkan’ pertarungan, Catcher Block bermain muslihat dengan memainkan peran sebagai Zip Martin, seorang astronot yang jatuh cinta pada Barbara.  Dapatkah Barbara seorang pencetus ‘down with love’ ,yang menyebarkan isme bahwa wanita bisa bahagia tanpa pria dan tidak percaya akan cinta yang tulus, menahan godaan untuk tidak jatuh cinta pada seorang pria super tampan seperti Zip Martin?
Saya tidak akan berbicara panjang lebar tentang plot film ini. Biarkan saya bercerita mengenai apa yang membuat jatuh cinta setengah mati akan film satu ini. Saya jatuh cinta akan keindahan settingnya! Berkisah tentang kota New York di tahun 1960an, film ini memperhatikan setiap detail untuk menjadikan penontonnya merasa benar-benar berada di masa itu. Tepuk tangan paling meriah saya tujukan untuk Daniel Orlandi sebagai costume designer! Menakjubkan, selama 101 menit kita akan ditemani oleh para pria dan wanita dengan pakaian era 60an yang menawan. Daniel mengedepankan model yang beken era itu, pakaian berpotongan tailored yang preppy dengan penggunaan warna solid yang dominan.
Mari kita kaji lebih dalam lagi.
Scene ini memperlihatkan sang penulis Barbara di tengah kota New York. Lihat pakaiannya, semi blazer pink dengan motif kotak. Potongannya sangat rapih. Perpaduan warna pink dan putih menimbulkan kesan manis dan ceria. Pemakaian kerah dan aksen saku berwarna putih memberikan kesan keseragaman dengan pemakaian topi sang tokoh.

Adegan paling saya suka. Menampilkan dua wanita dengan selera fashion yang luar biasa. Dress houndstooth (kotak kotak hitam-putih) dipadu dengan coat warna kuning solid yang menarik perhatian, dan teman satunya menggunakan motif yang sama persis dengan penerapan sebaliknya. Jenius.
Ingin menarik perhatian? Jubah (?) ini bisa menjadi pilihan, dari bahan raw silk yang mengkilap dan warna yang mencolok, tentu Anda akan menjadi pusat perhatian dimanapun.
Jangan sirik hei para pria! Kalian juga bisa bergaya di film ini. LIhat Ewan McGragor makin tampan dengan sweater merah dan celana bahannya. Makin vintage dangan kacamata besar frame hitam.
Tetap manly dengan jas mengkilap biru tua dan dasi garis yang manis. Serasi dengan Renee dengan sequin dress ungunya yang sangat glamor.
Hebatnya lagi, bukan hanya sang tokoh utama yang mendapatkan baju yang manis. Bahkan pramugari ini pun dipakaikan pakaian yang manis dengan sepatu platform putih yang mencolok.
Ah…masih banyak kostum lainnya yang membuat saya berdecak kagum. Untuk saya penggangum fashion (apalagi pakaian vintage!!) jelas film ini adalah film yang tidak boleh terlewat! Untuk Anda yang tidak terlalu peduli dengan kostum, film ini juga layak Anda tonton. Setting yang indah, akting yang baik, lagu yang bagus, dan cerita yang ringan, down with love dapat Anda jadikan salah satu film favorit Anda.

No comments:

Post a Comment