Ayat-Ayat Cinta (Sebuah Resensi)
Hari
ini entah mengapa kondisi tubuh masih terus naik dan turun. Malah siang
hari sempat tertidur sejenak di ruang kerja karena perasaan pusing yang
kelewat kuat.
Akhirnya pukul setengah 5, udah mulai tidak kuat dan akhirnya segera meninggalkan kantor. Kebetulan si ncuy juga “kena racun”, jadinya balik cepat…hehehe…
Namun…sambil berjalan menuju lift, kok tiba-tiba ada pikiran lain
yah…kepikir untuk sedikit bersantai nonton film. Bolak-balik diskusi
dengan ncuy, disepakati untuk nonton aja di Plaza Senayan, mumpung dekat
dari kantor. Jadilah berjalan berdua ke Studio 21 Plaza Senayan.
Karena benar-benar tanpa perencanaan, di depan kasir masih
bolak-balik diskusi, film mana saja yang akan ditonton. Akhirnya
“Ayat-ayat Cinta” yang terpilih, dengan alasan sederhana..”waktunya
paling dekat dengan jam nonton”
Sekilas info, novel Ayat-ayat cinta ini belum pernah saya baca, jadi
pemikiran masih jernih dan tidak terkontaminasi dengan jalan ceritanya.
Soalnya beberapa orang yang sudah membaca novelnya mengaku “kecewa”
karena karakter yang ada di novel tidak terlalu mirip dengan film-nya.
Film dibuka dengan adegan seorang mahasiswa tingkat akhir dari
Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar di Mesir bernama Fahri
yang kebingungan karena komputernya rusak. Akhirnya dengan kebingungan
dia meminta bantuan teman kuliahnya yang tinggal satu lantai diatasnya.
Teman kuliah Fahri adalah seorang wanita yang bernama Maria, yang
kebetulan beragama Kristen. Rupanya, diam-diam Maria mengagumi Fahri dan
mulai mencintainya. Namun, kekaguman itu hanya diwujudkan dengan
menulis pada diary dan selalu menyempatkan diri untuk memberikan jus
mangga dan kue bolu kepada Fahri, utamanya kalau Fahri keasyikan belajar
hingga lupa makan.
Dilain pihak, seorang rekan kuliah Fahri, yang merupakan anak seorang
kyai terkenal, juga diam-diam menaruh hati kepadanya. Gadis ini bernama
Nurul.
Wanita ketiga yang berkaitan dengan Fahri adalah Noura, yang
merupakan tetangga Fahri namun mengalami nasib yang cukup menyedihkan.
Dimana selalu memperoleh perlakukan buruk dari ayahnya.
Pada satu ketika, Noura ini disiksa oleh ayahnya dan disuruh tidur di
luar. Karena tidak tahan, Fahri segera menelepon Maria dan meminta
Maria menyelamatkan Noura dengan meminta Noura tidur di kamar Maria.
Pada subuh hari, Fahri, Maria dan Noura ke rumah Nurul dan meminta agar
Noura untuk sementara tinggal di rumah Nurul. Rupanya, Noura ini bukan
anak kandung dari Bapaknya selama ini, dia adalah anak pungut. Dengan
bantuan teman Fahri, Noura dapat dipertemukan dengan orang tua
kandungnya. Pada acara syukuran, Noura jatuh hati kepada Fahri dan
menyerahkan surat cinta kepada Fahri.
Wanita keempat adalah Aisha, seorang warganegara Jerman yang memeluk
agama Islam dan bercadar. Pertemuan antara Fahri dengan Aisha dimulai
dengan sebuah insiden di atas kereta api, dimana Fahri membela 2 orang
warganegara Amerika yang memperoleh diskriminasi dari orang Arab yang
mencoba untuk menghina mereka dengan ucapan Kafir dan lain-lain. Disini
terjadi dialog yang cukup “indah”, dimana dengan fasih, Fahri
menjabarkan ajaran Islam sebagai “Rahmatan lil Alamin.” Sayangnya, orang
Arab tersebut tidak menerima dan memukul Fahri.
Pertemuan berikutnya antara Fahri dengan Aisha adalah saat Aisha
menemani orang Amerika itu yang ternyata adalah wartawan yang sedang
meneliti tentang Islam, dimana Fahri menjelaskan beberapa pertanyaan
yang diajukan. Termasuk di dalamnya pertanyaan mengenai peranan wanita
dalam Islam. Dimana Islam dalam keseharian itu menjunjung tinggi wanita.
Dan pada saat wartawati itu menanyakan “mengapa Islam membolehkan suami
memukul istrinya, bukankan itu membolehkan kekerasan dalam rumah tangga
?”
Fahri lalu menjawab, “memang dalam Surah An-Nisa hal itu disampaikan,
namun ditegaskan bahwa hal tersebut dilakukan dengan syarat-syarat yang
ketat, yaitu pelanggaran yang dilakukan sudah sangat parah dan
dilaksanakan dengan 3 tingkatan, yaitu pertama adalah nasehat, kedua
adalah teguran dan ketiga baru dengan pukulan. Pukulan juga tidak boleh
ke arah muka dan tidak bertujuan untuk menyakiti.”
Dari pertemuan inilah, Aisha semakin tertarik dengan Fahri.
Di lain pihak, guru Fahri selalu mendesak Fahri untuk segera menikah
dan pada akhirnya menyarankan “Ta’aruf” dengan seorang gadis yang ia
pilihkan untuk Fahri.
Dengan hati berdebar, akhirnya Fahri setuju dengan permintaan gurunya
dan akhirnya dipertemukan dengan wanita yang dicalonkan untuknya.
Rupanya….wanita tersebut adalah….Aisha….
Pernihakan segera dilaksanakan, dan hiduplah mereka dengan bahagia…………..
Loh…apakah selesai…belummmmmmmmmmm….ini masih 1/3 cerita….
Dengan pernikahan Fahri dengan Aisha, maka hancurlah hati 3 wanita lainnya…
Nurul patah hati dengan menangis sejadi-jadinya…Maria yang sewaktu
Fahri menikah sedang ke luar kota, setelah kembali dan mengetahui Fahri
telah menikah mengalami depresi berat, sehingga Jantungnya terganggu dan
darah mengalir dari hidungnya. Terlebih lagi, dia mengalami tabrak
lari….Noura yang mengetahui berita tersebut menjadi amat sakit hati dan
merencanakan hal yang buruk terhadap Fahri…
Setelah 1 bulan, maka badai mulai mendatangi pernikahan Fahri, dimana
Aisha dihinggapi rasa cemburu dengan Maria dan Nurul dan yang terparah
adalah ditangkapnya Fahri dengan tuduhan pemerkosaan terhadap Noura…
Di dalam penjara, ada sebuah dialog yang luar biasa dahsyat bagi
saya…yaitu sebuah nasehat yang diberikan oleh seorang penghuni penjara
yang menceritakan kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha. Pada nasehat ini,
bergetar rasanya hati dan air mata menggenang… (mau tau nasehatnya,
silakan nonton yah.. )
Dilain pihak, perjuangan Aisha untuk membebaskan suaminya juga
menggetarkan hati. Termasuk ketika hendak menemuni Maria yamg merupakan
saksi kunci kejadian tersebut. Namun, Maria mengalami koma yang
diakibatkan Depresi berat karena ditinggal Fahri. Salah satu pengorbanan
yang “luar biasa” adalah sewaktu Aisha memaksa Fahri menikahi Maria,
karena Maria baru bisa sembuh apabila bertemu dengan Fahri. Kisah-kisah
Aisha ini juga cukup memancing kesedihan, diperkuat dengan alasan-alasan
yang amat rasional dan menggugah hati. Alangkah sedihnya seorang istri
saat suaminya akad nikah dengan wanita lain di depannya…
Dengan hadirnya saksi kunci, yaitu Maria, walaupun di atas kursi
roda, mematahkan tuduhan Noura, dan malah membuka informasi lainnya,
bahwa ada orang lain yang memperkosa dia, bukannya Fahri, seperti yang
dituduhkan…
Akhirnya Fahri bebas dari segala tuduhan dan dapat menghirup kebebasan lagi….
Nah…akhirnya selesai juga….eh..belummmmmmmm…ini masih 2/3 film
Cerita beralih saat Fahri mulai merajut kehidupan bersama kedua
istrinya. Diperlihatkan bahwa memiliki 2 orang istri tidak seindah yang
dibayangkan. Yang tersulit adalah bersifat “adil”
Saat-saat tertentu, terajut kecemburuan diantara istri-istri Fahri
yang semakin lama semakin menggumpal, dimana memuncak dengan kepergian
Aisha dari rumah.
Dalam salah satu perenungannya, akhirnya Fahri memperoleh pencerahan,
bahwa yang hilang dari dirinya adalah rasa “ikhlas.” Hilangnya rasa
itulah yang menyebabkan dia sulit untuk memberi rasa “adil” kepada kedua
istrinya. Dengan rasa itulah akhirnya mereka berkumpul kembali.
Cerita kemudian berputar saat Fahri dan istrinya bersantai. Dimana
Aisha mengalami kejang perut dan Maria mengalami pendarahan pada
hidungnya yang diakibatkan penyakit Jantung yang dia derita.
Di akhir dihidupnya, Maria mengucapkan sebuah kalimat, “Akhirnya saya tahu bahwa cinta dan memiliki itu dua hal yang berbeda…”
Waduh…sedih bener adegan disini…se-bioskop pada sepi, cuman diselingi isak tangis sana-sini…
Apalagi sewaktu Maria minta shalat bersama…dan akhirnya pergi dalam kondisi shalat…
Inilah akhir film Ayat-ayat cinta…dan hanya film ini yang saya
saksikan sendiri, setelah lampu menyala, semua penonton bertepuk
tangan….
Kesimpulannya…kalau 20 jari saya jempol semua…saya acungkan semua deh
No comments:
Post a Comment