Review Film Spider-Man: Homecoming
Terhitung sejak tanggal 5 Juli 2017 kemarin, film terbaru dari Sony
Pictures yang bekerja sama dengan pihak Marvel Studios, Spider-Man:
Homecoming, resmi tayang di Tanah Air. Mungkin di antara Anda para
pengamat film atau hanya sekedar penikmat sempat terlintas pertanyaan
seperti, “Hah? Spider-Man? Lagi???”. Tapi tenang saja, karena
film Spider-Man yang satu ini akan berbeda dengan dua pendahulunya yang
diperankan oleh Tobey Maguire atau Andrew Garfield. Karena film
Spider-Man: Homecoming ini merupakan film Spider-Man layar lebar yang
pertama kalinya memiliki hubungan langsung dengan Marvel Cinematic Universe!
Pertanyaannya, apakah film Spider-Man kali ini mampu membangun hype
dan memenuhi ekspektasi yang cukup tinggi, mengingat Spider-Man versi
Tom Holland ini diperkenalkan secara resmi melalui film Captain America:
Civil War tempo lalu?
It’s Your Friendly Neighborhood, Spider-Man!
Waktu yang diambil dari film ini tak lama sejak peristiwa yang
terjadi pada film Civil War berakhir, di mana Peter Parker sang
Spider-Man kemudian diantar pulang oleh Tony Stark, sang Iron Man, dan
kembali ke kehidupan sekolahnya. Dengan memberikan beberapa nasehat dan
pesan, Stark pun meninggalkan kostum buatannya untuk Peter supaya bisa
digunakan untuk melakukan kebaikan. Tentu saja, Peter tak ragu-ragu
untuk menyimpan kostum tersebut, dengan harapan suatu waktu dirinya akan
dipanggil kembali untuk menjalankan misi besar seperti yang terjadi di
Berlin.
Tapi 3 bulan setelahnya, Peter tak mendapatkan pesan apapun dari
Stark maupun pihak organisasi Avengers. Langkah berikutnya yang ia
ambil? Menjadi pahlawan lokal di Queens setiap harinya untuk membantu
mereka yang kesulitan, mulai dari menangkap maling sepeda hingga
membantu seorang nenek menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Tapi Peter
menginginkan lebih dari sekedar membantu masyarakat lokal, ia memiliki
keinginan untuk bisa melakukan sebuah peran besar di misi yang penting.
Hingga akhirnya harapan tersebut terkabul dengan kehadiran sekelompok
perampok bank menggunakan senjata aneh berkekuatan alien yang berbahaya.
di mana nampaknya semua penjualan senjata tersebut didalangi oleh
seorang misterius berkostum mengerikan bernama Vulture.
Siapakah Vulture dan dari mana asal senjata-senjata berbahaya yang
mereka buat tersebut? Tapi lebih penting lagi, bisakah Peter Parker
menyesuaikan kehidupannya sebagai Spider-Man bersamaan dengan
kehidupannya sebagai remaja ABG yang masih duduk di sekolah SMA?
Lika-Liku Kehidupan Remaja ABG
Tidak, kami tidak bohong ketika kami menyebutkan bahwa film ini bisa
disebut sebagai film anak sekolahan. Karena faktanya, Peter Parker
sendiri diceritakan sebagai anak sekolah SMA yang masih berusia 16
tahun. Tentu saja, kebebasannya untuk bisa menjalankan aksinya sebagai
seorang superhero sangatlah berbeda dan lebih ketat dibandingkan dengan
dua film Spider-Man sebelumnya. Hal ini yang lebih ditekankan oleh film
Spider-Man: Homecoming, di mana Peter berjuang keras bukan untuk supaya
bisa terkenal dan populer di mata masyarakat serta di mata pujaan hati,
tetapi lebih bagaimana dirinya ingin membuktikan diri bahwa ia bisa
menjadi seorang pahlawan berkekuatan super seperti halnya para Avengers
di mata dunia, sembari menyeimbangkan kehidupan nyatanya sebagai murid
yang harus bergelut dengan pelajaran dan ujian serta jam pulang ke rumah
tepat waktu. Harus diakui bahwa tema yang diangkat kali ini memang
berbeda dengan film-film sebelumnya, tetapi mampu memberikan sebuah hal
baru yang lebih fresh dan cukup ringan untuk diterima oleh sebagian
besar penonton di beragam usia. Langkah dan pendekatan yang diambil oleh
pihak Sony dan Marvel Studios kali ini memang terlihat riskan, tetapi
nampaknya berbuah sangat baik pada akhirnya.
Porsi cinta-cintaan dalam film ini juga tidak sebanyak yang
diperkirakan, dengan Peter memiliki senior yang ia sukai tetapi tidak
mati-matian untuk mengejarnya, tetapi hanya sekedar mengagumi dari jauh
dan berusaha untuk membuat perbincangan kecil semata. Porsi humor serta
beragam permasalahan yang ditayangkan juga akan jauh lebih banyak
diambil dari sisi anak sekolahan pada umumnya, tetapi bukan berarti
terlalu berlebihan. Tentu saja yang cukup membuat menarik di sini adalah
relasi Peter Parker sendiri yang berputar di sekitar keluarga dan
teman-teman sekolahnya, mengingat beberapa di antaranya memang memiliki
dampak yang cukup signifikan untuk perkembangan karakter si Peter entah
sebagai Spider-Man atau bukan.
Hal yang cukup disayangkan adalah bagaimana Spider-Man menggunakan
kekuatannya. Anda takkan melihat Spider-Man mengeluarkan jaring
laba-laba langsung dari tangannya, tetapi ia harus membuatnya sendiri
menggunakan solusi kimia dan harus selalu diisi ulang sendiri ketika
habis. Tidak ada juga momen seperti “Spider sense is tingling”
dan semacamnya, karena hampir sebagian besar adegan akan bergantung
kepada kostum khusus buatan Tony Stark untuk Peter, di mana kostum
tersebut memiliki beragam jenis fitur dan akses unik untuk dirinya bisa
mengeluarkan kemampuan jaring laba-labanya. Tapi bukan berarti Peter
tidaklah kuat, karena ada beragam adegan yang menunjukkan seberapa kuat
dan gesitnya Spider-Man, disertai dengan seberapa jeniusnya Peter Parker
itu sendiri. Dan, ya, tidak ada penjelasan kapan dan bagaimana Peter
bisa terkena gigitan laba-laba di sini sekaligus bagaimana paman Ben
meninggal dunia.
Harus diakui, Spider-Man: Homecoming merupakan salah satu film
Spider-Man yang sangat menarik sehingga tidak boleh dilewatkan begitu
saja. Selain alur kisah yang cukup ringan dan menarik untuk disaksikan,
film ini tentunya akan menghadirkan beragam adegan aksi dan baku hantam
yang tak kalah menarik, terutama ketika melawan Vulture. Aktor dan
aktris, yang utama maupun pendukungnya, berperan baik dan memiliki
kepribadian menarik masing-masing. Dan harus diakui juga, Michael Keaton
berperan sebagai Vulture cukup membuat merinding ketika sosoknya muncul
di beberapa adegan.
Mengacu pada hukum di setiap film MCU, jangan lewatkan adegan
tambahan yang bisa ditemukan di mid-credit dan post-credit! Terutama
adegan post-credit, jangan sekali-kali keluar dari bioskop sebelum
menontonnya. Wajib ditonton, beneran! :))
Tanggal tayang: 5 Juli 2017 (Indonesia)
Genre: Superhero, Action
Durasi: 133 menit
Rating: Remaja (13 tahun ke atas)
Pemeran: Tom Holland, Michael Keaton, Jon Favreau, Zendaya, Donald Glover, Tyne Daly, Marisa Tomei, Robert Downey Jr.
Sutradara: Jon Watts
Studio: Columbia Pictures, Marvel Pictures, Pascal Pictures, Sony Pictures
Genre: Superhero, Action
Durasi: 133 menit
Rating: Remaja (13 tahun ke atas)
Pemeran: Tom Holland, Michael Keaton, Jon Favreau, Zendaya, Donald Glover, Tyne Daly, Marisa Tomei, Robert Downey Jr.
Sutradara: Jon Watts
Studio: Columbia Pictures, Marvel Pictures, Pascal Pictures, Sony Pictures
No comments:
Post a Comment