Wednesday, October 23, 2019

The Hobbit: An Unexpected Journey

The Hobbit : An Unexpected Journey (3D)



The Hobbit : An Unexpected Journey (3D)


Sebuah film yang merupakan pre saga sequence yang berarti sebuah rangkaian kisah yang menceritakan asal mula sebelumnya suatu rangkaian kisah lainnya yang sudah pernah difilmkan. Anda pasti masih ingat dengan trilogy film The Lord Of The Rings yang terdiri dari rangkaian tiga buah film yaitu The Fellowship Of The Ring (tahun 2001), The Two Towers (tahun 2002) dan The Return Of The King (tahun 2003). Semuanya disutradarai oleh Peter Jackson yang mengadaptasinya dari novel yang berjudul sama hasil karya J.R.R. Tolkien.

Masih dengan sutradara yang sama dan mengadaptasi dari pengarang yang sama pula maka dibuatlah film berjudul The Hobbit berdasarkan novel berjudul sama dan dibuat pada tahun 1937. The Hobbit dibuat dengan model trilogy yang terdiri dari tiga film yaitu An Unexpected Journey, The Desolation of Smaug dan There And Back Again. Sebenarnya bukunya sendiri hanya satu buah saja, berbeda dengan The Lord of The Rings yang bukunya memang ada tiga buah.

Film ini dibuat dengan teknologi 3 Dimensi HFR (High Frame Rate) yaitu sebuah teknologi baru yang berbeda dengan 3 Dimensi yang ada selama ini. Pada umumnya teknologi yang digunakan sekarang ini adalah 24 frame per detik sedangkan untuk HFR adalah 48 frame per detik. Jadi gambar yang dihasilkan mendekati apa yang dilihat oleh mata manusia secara nyata. Gambar menjadi lebih terang dan lebih jelas serta meyakinkan.

Pada saat penulis menonton pada tanggal 18 Desember 2012 di salah satu bioskop XXI yang memutar 3 Dimensi HFR ternyata mengalami hal yang kurang baik. Gambar terasa 2 Dimensi saja dan kadang kala terlihat kabur sedangkan teks terjemahan kadang kala terlihat double dan mengganggu mata. Sepertinya ada yang salah dengan proyektor filmnya. Untuk memastikan ada masalah tersebut, penulis mencoba menanyakan kepada penonton di kursi sebelah dan memang merasakan hal yang sama. Selain itu terdengar suara dari beberapa penonton lain yang mengeluhkan hal yang sama. Penulis mencoba dengan kaca mata lain dan masih tetap sama.

Akhirnya penulis mencoba membalik kaca mata, kaca yang sebelah kiri menjadi sebelah kanan dan sebaliknya kaca sebelah kanan menjadi sebelah kiri. Jadi kedudukan tangkai telinganya dan posisi hidung menjadi terbalik. Simsalabim Abrakadabra, ternyata berhasil. Gambar menjadi 3 Dimensi dan teks terjemahan tidak double. Menurut penulis sistem proyektor film ada kesalahan. Seperti kita ketahui untuk film 3 Dimensi ada dua proyektor yang memancarkan gambar dari sumber yang berbeda. Nah sumber inilah yang terbalik satu sama lain. Sehingga saat penulis menukar posisi kacamatanya maka gambar menjadi normal. Entahlah penonton yang lain apakah sadar atau tidak tentang hal ini.

Penonton tidak hanya dimanjakan dari sisi indera matanya saja namun indera telinga juga ikut dimanjakan. Film ini menggunakan teknologi Dolby Atmos System yang merupakan 3 Dimensinya suara. Sayangnya untuk penonton Indonesia masih belum bisa merasakan keunggulan tersebut. Penulis sudah mengkonfirmasi ke pihak 21 Cineplex namun sayangnya mereka malah tidak tahu tentang teknologi tersebut. Saat ini jumlahnya tidak lebih dari angka 100 bioskop di seluruh dunia yang menggunakan system tsb.

Kisah dimulai dari Bilbo Baggins (Martin Freeman) yang menceritakan kepada Frodo (Elizah Wood) tentang petualangan masa lalunya. Kemudian cerita mengalami flashback di saat Bilbo masih muda. Bilbo dipilih oleh Gandalf si penyihir abu-abu (Ian McKellen) untuk bergabung ke dalam kelompok 13 kurcaci yang dipimpin oleh Thorin Oakenshield (Richard Armitage). Bilbo ragu-ragu untuk bergabung atau tidak karena dia hanyalah seorang Hobbit biasa yang tidak pernah pergi jauh dan bertarung atau berkelahi. Demikian juga Thorin yang meragukan kemampuan Bilbo walaupun Gandalf mempromosikannya sebagai pencuri ulung. Namun akhirnya Bilbo memutuskan untuk bergabung sebagai anggota ke-14 walaupun tidak ada jaminan tentang keselamatan dirinya.

Nama-nama ketiga belas kurcaci adalah Thorin, Dwalin, Balin, Bifur, Bofur, Bombur, Fili, Kili, Oin, Gloin, Nori, Dori dan Ori.

Perjalanan menuju gunung Erebor didaerah Middle Earth dimulai. Tujuan utama kelompok kurcaci adalah menemukan kembali tanah air mereka. Dimana sebelumnya, kerajaan mereka berada di dalam gunung Erebor yang kaya akan emas. Dan pada suatu hari diserang oleh seekor naga bernama Smaug yang menghancur leburkan dan meluluh lantakan kerajaan tersebut. Semua penduduknya banyak yang tewas dan yang lainnya pada menyelamatkan diri dengan berpencar ke seluruh penjuru daerah.
Sayangnya pada saat itu Thranduil (Lee Pace) dari bangsa peri yang mengetahui peristiwa itu tidak melakukan pertolongan dan bahkan membiarkan hal tersebut. Sehingga timbul kebencian dan rasa tidak senang dari kelompok kurcaci kepada bangsa peri.

Dalam pelariannya kelompok kurcaci dipimpin oleh Thrain, ayah dari Thorin. Saat itu kelompok kurcaci berperang dengan kaum Orc yang dipimpin oleh Azog (Manu Bennett) yang disebut Orc berwajah pucat. Thrain berhasil dibunuh oleh Azog. Thorinpun membalas kematian ayahnya dengan memotong tangan Azog dan memukul mundur kaum Orc. Thorin pun menyangka Orc sudah mati padahal belum. Sehingga timbul dendam yang mendalam diantara keduanya.

Dengan bermodalkan peta yang dimiliki oleh Thorin dan anak kunci yang dimiliki oleh Gandalf serta kepolosan dari Bilbo merupakan suatu langkah untuk menuju kesuksesan. Sayangnya tidak ada orang yang bisa membaca peta tersebut kecuali Lord Elron dari bangsa peri yang dibenci oleh oleh Thorin. Peta tersebut menggunakan bahasa kurcaci kuno dan ada pesan tersembunyi di dalamnya yang hanya bisa dibaca bila terkena sinar bulan tertentu.

Perjalanan itu tidak mudah karena melewati tantangan alam dan juga halangan dari kaum Orc dan Wargnya atau sejenis serigala yang dijadikan kendaraannya. Halangan dari Troll yang ingin memangsa dan merasakan daging kurcaci, yang jika terkena sinar matahari akan menjadi patung batu. Jebakan dari kelompok Goblin yang menangkap dan mengharapkan imbalan dari kaum Orc.

 
Cikal bakal cincin yang ada dalam The Lord Of The Ring ditampilkan disini. Awalnya dimiliki oleh makhluk bernama Gollum atau juga dipanggil dengan Precious (Andy Serkis) yaitu makhluk dengan dua kepribadian. Rupa-rupanya cincin itu terjatuh pada saat sibuk menyeret Goblin untuk dimangsa. Bilbo menemukannya namun tidak mau mengembalikannya. Secara tak sengaja dia tahu manfaat dari cincin itu bila dipakai yaitu bisa menghilang dan orang lain tidak bisa melihatnya.

Karakter Gandalf dapat diperankan dengan baik oleh Ian McKellen apalagi suaranya yang khas penuh karisma sangat pas. Namun badannya terlihat sedikit kurus dibandingkan film sebelumnya. Martin Freeman sebagai Bilbo bermain manis dan terkesan polos. Semua pemain juga bermain dengan apik. Tata rias untuk para kurcaci cukup unik dengan tatanan rambut dan jenggot yang dimodel sedemikian rupa.
 
Sedikit kritik mengenai perbedaan kurcaci (dwarf) atau bahasa lainnya adalah orang kerdil dengan hobbit. Padahal kita tahu hobbit adalah orang kerdil juga. Menurut novelnya, tinggi hobbit adalah setengahnya tinggi manusia dan lebih kecil dari kurcaci. Namun dalam film postur dan tinggi badan keduanya adalah sama. Sebaiknya postur dan tinggi badan hobbit lebih kecil dari pada kurcaci sehingga jelas perbedaan antara keduanya. Dalam novelnya Frodo tidak ada sama sekali tetapi di film ini dimunculkan di awal. Memang banyak hal yang berbeda antara novel dan filmnya namun demikian perbedaan itu tetaplah menarik dan tidak mengurangi kualitas cerita itu sendiri.

Film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Selandia baru ini menampilkan pemandangan alam yang indah dan menawan. Entah itu alami atau buatan animasi CGI, hasilnya begitu mempesona dan memanjakan mata penonton. Apalagi efek 3 Dimensi HFR yang begitu terang dan jelas semakin memuaskan pandangan mata. Pada saat pertarungan antar raksasa batu di pegunungan cukup memikat dan membuat kagum penulis. Demikian juga saat pertarungan akhir antara kaum Orc dan kelompok kurcaci tampil mengesankan. Penulis merekomendasikan film yang mempunyai durasi hampir 3 jam ini untuk ditonton.

No comments:

Post a Comment