Secara pribadi, saya menggilai Batman dan Batman Forever, buah karya Tim Burton sebagai apresiasi komik dalam bentuk film terbaik yang pernah ada, bahkan beyond Superman The Movie!
Sayangnya film-film Batman selanjutnya berubah menjadi film yang
kekanak-kanakan dan kehilangan unsur misteriusnya yang merupakan ciri
kuat dari karakter Batman itu sendiri. Rasa kecewa saya sedikit terobati
dengan adanya film-film seperti X-Men atau Spider-Man
yang berhasil menjadi sebuah tontonan yang jenial sekaligus
entertaining. Tapi saya tetap merindukan Batman di dalam layar lebar,
karena saya sedari kecil memang tergila-gila pada si manusia kelelawar!
Mengetahui
jika film Batman berikutnya akan diproduksi, saya sangat menyambut
dengan gempita dan semakin girang lagi setelah mengetahui bahwa yang
akan menggarap Batman Begins adalah Chris Nolan. Nama Nolan
sendiri bagi saya sudah menjadi jaminan akan mutu film Batman yang baru
ini. Saya sangat berharap Nolan akan meneruskan gaya gothic dan gelap
dari film-filmnya Burton, karena pada dasarnya Batman itu adalah
karakter yang gelap. Dan untunglah harapan saya terkabul, karena Batman Begins hadir sebagai film yang gelap, suram, namun sekaligus fantastik.
Mengambil seting cerita pada masa awal
kehidupan Batman, sebagai alter-ego Bruce Wayne (Christian Bale),
membuat film ini mampu untuk mengajak kita melupakan film-film Batman
sebelumnya. Sebagai seorang anak yang menyaksikan orangtuanya terbunuh
di depan matanya, menjadikan Bruce menjadi pria yang apatis terhadap
kebenaran. Dia seakan hidup di dunianya sendiri dan melupakan masa
lalunya. Rasa traumanya yang besar terhadap kelelawar semakin menambah
kompleks masalahnya. Nasihat-nasihat dari pelayan keluarganya yang
setia, Alfred (Michael Caine) pun tak berhasil mempengaruhinya.
Dalam petualangannya ia berjumpa dengan
Ducard (Liam Neeson), yang mengajaknya untuk bergabung disebuah kumpulan
yang menentang kejahatan dengan caranya sendiri. League of Shadows
demikian nama kelompok rahasia pimpinan Ra’s Al Ghul (Ken Watanabe)
tersebut, yang mengaku telah selama berabad-abad memberikan “pelajaran”
terhadap kejahatan yang terjadi di bumi ini. Selama berada di markas
kumpulan tersebut, Ducard menjadi mentor sekaligus penasehat spritual
bagi Bruce. Teknik berpedang, berkelahi sekaligus nilai-nilai moral
kelompok tersebut diajarkan secara penuh oleh Ducard kepada Bruce.
Setelah Bruce dirasa siap untuk ‘turun
gunung’ maka untuk membutikan kesetiaanya, ia harus membunuh seorang
penduduk setempat yang dituduh telah melakukan kejahatan. Bruce
menentang hal ini dan sontak menjadi lawan bagi kumpulan League of
Shadows. Dalam konfrontasi tersebut Bruce berhasil membunuh Ra’s Al Ghul
dan membumihanguskan markas kumpulan. Selanjutnya Bruce kembali ke
Gotham City.
Mengetahui banyaknya kejahatan yang
terjadi di kotanya tersebut, terutama kejahatan yang dilakukan oleh
Carmine Falcone (Tom Wilkinson), maka Bruce memutuskan untuk melawannya.
Namun ia menyadari kalau ia melawan kejahatan sebagai seorang Bruce
Wayne, hal tersebut akan kurang efektif. Ia merasa kalau para penjahat
di kota tersebut memerlukan sosok yang dapat menakutkan mereka dan ia
memutuskan untuk memakai rasa takutnya, kelelawar, sebagai simbol rasa
takut yang akan diberikannya kepada kejatahan. Maka, dibantu oleh Alfred
dan Lucius Fox (Morgan Freeman), dimulailah aksi Bruce Wayne sebagai
Batman dalam memberantas kejahatan.
Falcone berhasil dibekuk, namun
sayangnya masih ada plot jahat lain yang disimpan oleh psikiater
terkenal Dr. Jonathan Crane (Cillian Murphy) untuk kota Gotham. Dengan
memakai karakter Scarecrow sebagai alter-egonya, Crane akan memulai
chaos yang mengerikan untuk Gotham City. Untunglah, Batman kemudian di
bantu oleh Lt. Jim Gordon (Gary Oldman) dan Jaksa Wilayah Rachel Dawes
(Katie Holmes) yang juga teman dari masa kecilnya. Bersama mereka
berjuang melawan bencana besar yang akan mengancam Gotham. Batman Begins memakai semua plot
dasar dari cerita Batman, namun ia tidak mentah-mentah menerjemahkan
cerita yang telah dikenal umum tersebut dengan begitu saja. Dengan
menambah kedalaman cerita dan karakter-karakter yang kuat, maka ia
mengekplorasi Batman dengan plot yang lebih membumi dan realistis,
sehingga Batman Begins hadir berbeda dengan penggambaran
superhero lainnya. Okay, untuk diluruskan, Batman bukan superhero, tapi
orang biasa yang tergerak untuk melawan kejahatan dan inilah yang
diperlihatkan oleh Nolan dan ia berhasil untuk itu. Nolan lebih memilih
untuk menggambarkan perkembangan Batman dan dilema yang dihadapinya
melalui drama yang pekat dan aksi yang lebih membumi. Namun, ide dimana
kemampuan Bruce didapat dari kumpulan Ninja juga cukup inventif, karena
memang pada dasarnya prinsip kerja Batman memang mirip dengan ninja.
Dari segi aksi itu sendiri sengaja tidak
divisualisasi dengan jelas, bahkan untuk adegan perkelahian masih lebih
bagus di film-film Star Wars. Hal ini mungkin karena Nolan tidak
meniatkan film ini sebagai film aksi. Walau begitu dia masih menyisakan
adegan-adegan fantastis yang menarik, khas film-film superhero.
Christian Bale sendiri sebagai sang
Batman tampil dengan meyakinkan. Dan ia beruntung didukung oleh banyak
aktor-aktor yang kuat yang memainkan karakter mereka dengan semestinya.
Caine, Oldman, Neeson, Freeman, Wilkinson dan Watanabe? Apalagi yang
bisa diharapkan dari sebuah film yang nyaris sempurna seperti ini.
Murphy (dari horor hit 28 Days Later) bermain dengan mengesankan,
sementara Holmes sepertinya belum mampu keluar dari Post-Dawson’s
Creek-Syndrom-nya.
Sebagai hasil akhirnya, Batman Begins
hadir sebagai film yang berjalan di trek yang semestinya. Beginilah
film Batman seharusnya. Penekanan pada cerita daripada aksi ternyata
tidak mengecewakan dan membuktikan bahwa cerita dan karakter yang kuat
itu lebih penting bagi sebuah film, dari pada hanya mengejar sensasi
belaka!
No comments:
Post a Comment