Tuesday, October 22, 2019

Batman Begins

Film Review: Batman Begins (2005)

Secara pribadi, saya menggilai Batman dan Batman Forever, buah karya Tim Burton sebagai apresiasi komik dalam bentuk film terbaik yang pernah ada, bahkan beyond Superman The Movie! Sayangnya film-film Batman selanjutnya berubah menjadi film yang kekanak-kanakan dan kehilangan unsur misteriusnya yang merupakan ciri kuat dari karakter Batman itu sendiri. Rasa kecewa saya sedikit terobati dengan adanya film-film seperti X-Men atau Spider-Man yang berhasil menjadi sebuah tontonan yang jenial sekaligus entertaining. Tapi saya tetap merindukan Batman di dalam layar lebar, karena saya sedari kecil memang tergila-gila pada si manusia kelelawar!
Mengetahui jika film Batman berikutnya akan diproduksi, saya sangat menyambut dengan gempita dan semakin girang lagi setelah mengetahui bahwa yang akan menggarap Batman Begins adalah Chris Nolan. Nama Nolan sendiri bagi saya sudah menjadi jaminan akan mutu film Batman yang baru ini. Saya sangat berharap Nolan akan meneruskan gaya gothic dan gelap dari film-filmnya Burton, karena pada dasarnya Batman itu adalah karakter yang gelap. Dan untunglah harapan saya terkabul, karena Batman Begins hadir sebagai film yang gelap, suram, namun sekaligus fantastik.
Mengambil seting cerita pada masa awal kehidupan Batman, sebagai alter-ego Bruce Wayne (Christian Bale), membuat film ini mampu untuk mengajak kita melupakan film-film Batman sebelumnya. Sebagai seorang anak yang menyaksikan orangtuanya terbunuh di depan matanya, menjadikan Bruce menjadi pria yang apatis terhadap kebenaran. Dia seakan hidup di dunianya sendiri dan melupakan masa lalunya. Rasa traumanya yang besar terhadap kelelawar semakin menambah kompleks masalahnya. Nasihat-nasihat dari pelayan keluarganya yang setia, Alfred (Michael Caine) pun tak berhasil mempengaruhinya.
Dalam petualangannya ia berjumpa dengan Ducard (Liam Neeson), yang mengajaknya untuk bergabung disebuah kumpulan yang menentang kejahatan dengan caranya sendiri. League of Shadows demikian nama kelompok rahasia pimpinan Ra’s Al Ghul (Ken Watanabe) tersebut, yang mengaku telah selama berabad-abad memberikan “pelajaran” terhadap kejahatan yang terjadi di bumi ini. Selama berada di markas kumpulan tersebut, Ducard menjadi mentor sekaligus penasehat spritual bagi Bruce. Teknik berpedang, berkelahi sekaligus nilai-nilai moral kelompok tersebut diajarkan secara penuh oleh Ducard kepada Bruce.
Setelah Bruce dirasa siap untuk ‘turun gunung’ maka untuk membutikan kesetiaanya, ia harus membunuh seorang penduduk setempat yang dituduh telah melakukan kejahatan. Bruce menentang hal ini dan sontak menjadi lawan bagi kumpulan League of Shadows. Dalam konfrontasi tersebut Bruce berhasil membunuh Ra’s Al Ghul dan membumihanguskan markas kumpulan. Selanjutnya Bruce kembali ke Gotham City.
Mengetahui banyaknya kejahatan yang terjadi di kotanya tersebut, terutama kejahatan yang dilakukan oleh Carmine Falcone (Tom Wilkinson), maka Bruce memutuskan untuk melawannya. Namun ia menyadari kalau ia melawan kejahatan sebagai seorang Bruce Wayne, hal tersebut akan kurang efektif. Ia merasa kalau para penjahat di kota tersebut memerlukan sosok yang dapat menakutkan mereka dan ia memutuskan untuk memakai rasa takutnya, kelelawar, sebagai simbol rasa takut yang akan diberikannya kepada kejatahan. Maka, dibantu oleh Alfred dan Lucius Fox (Morgan Freeman), dimulailah aksi Bruce Wayne sebagai Batman dalam memberantas kejahatan.
Falcone  berhasil dibekuk, namun sayangnya masih ada plot jahat lain yang disimpan oleh psikiater terkenal Dr. Jonathan Crane (Cillian Murphy) untuk kota Gotham. Dengan memakai karakter Scarecrow sebagai alter-egonya, Crane akan memulai chaos yang mengerikan untuk Gotham City. Untunglah, Batman kemudian di bantu oleh Lt. Jim Gordon (Gary Oldman) dan Jaksa Wilayah Rachel Dawes (Katie Holmes) yang juga teman dari masa kecilnya. Bersama mereka berjuang melawan bencana besar yang akan mengancam Gotham.
Batman Begins memakai semua plot dasar dari cerita Batman, namun ia tidak mentah-mentah menerjemahkan cerita yang telah dikenal umum tersebut dengan begitu saja. Dengan menambah kedalaman cerita dan karakter-karakter yang kuat, maka ia mengekplorasi Batman dengan plot yang lebih membumi dan realistis, sehingga Batman Begins hadir berbeda dengan penggambaran superhero lainnya. Okay, untuk diluruskan, Batman bukan superhero, tapi orang biasa yang tergerak untuk melawan kejahatan dan inilah yang diperlihatkan oleh Nolan dan ia berhasil untuk itu. Nolan lebih memilih untuk menggambarkan perkembangan Batman dan dilema yang dihadapinya melalui drama yang pekat dan aksi yang lebih membumi. Namun, ide dimana kemampuan Bruce didapat dari kumpulan Ninja juga cukup inventif, karena memang pada dasarnya prinsip kerja Batman memang mirip dengan ninja.
Dari segi aksi itu sendiri sengaja tidak divisualisasi dengan jelas, bahkan untuk adegan perkelahian masih lebih bagus di film-film Star Wars. Hal ini mungkin karena Nolan tidak meniatkan film ini sebagai film aksi. Walau begitu dia masih menyisakan adegan-adegan fantastis yang menarik, khas film-film  superhero.
Christian Bale sendiri sebagai sang Batman tampil dengan meyakinkan. Dan ia beruntung didukung oleh banyak aktor-aktor yang kuat yang memainkan karakter mereka dengan semestinya. Caine, Oldman, Neeson, Freeman, Wilkinson dan Watanabe? Apalagi yang bisa diharapkan dari sebuah film yang nyaris sempurna seperti ini. Murphy (dari horor hit 28 Days Later) bermain dengan mengesankan, sementara Holmes sepertinya belum mampu keluar dari Post-Dawson’s Creek-Syndrom-nya.
Sebagai hasil akhirnya, Batman Begins hadir sebagai film yang berjalan di trek yang semestinya. Beginilah film Batman seharusnya. Penekanan pada cerita daripada aksi ternyata tidak mengecewakan dan membuktikan bahwa cerita dan karakter yang kuat itu lebih penting bagi sebuah film, dari pada hanya mengejar sensasi belaka!
batman_begins_ver3

No comments:

Post a Comment