Wednesday, October 23, 2019

Miss Peregrine's Home for Peculiar Children

Review Film: Meski Tanpa Johnny Depp, Tim Burton Tetap Memukau Lewat Miss Peregrine

Bukan main gembiranya saya waktu mendengar kabar bahwa Tim Burton terpilih untuk menggarap film adaptasi novel Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children. Kisah fantasi karangan Ransom Riggs ini memang sangat kental dengan nuansa vintage dan gothic, layaknya film-film ciri khas Tim Burton. Sutradara nyeleneh ini sudah akrab di telinga kita sejak tahun 1980an, mulai dari film klasik seperti Beetlejuice dan Edward Scissorhands, dan terus aktif berkarya hingga masa kini melalui Charlie and the Chocolate Factory atau Alice in Wonderland. Tak luput juga film animasi stop-motion seperti The Nightmare Before Christmas atau Corpse Bride. Nah, bagaimana Tim Burton akan meramu kisah ajaib Miss Peregrine kali ini?
Film dibuka dengan pemandangan kota sub-urban yang simetris, mengingatkan kita pada adegan pembuka Edward Scissorhands. Adalah Jacob Portman (Asa Butterfield), atau yang akrab dipanggil Jake, seorang pemuda 16 tahun dari Florida yang merasa hidupnya membosankan. Jake bukan anak yang populer, ia tidak punya teman maupun hobi. Selama liburan musim panas ia harus menjaga kakeknya yang sudah sepuh, Abe Portman (Terence Stamp). Grandpa Abe seringkali mengigau bahwa ia dikejar-kejar orang jahat, namun Jake menghiraukannya karena mengira itu hanyalah ciri-ciri orang pikun. Ketika Jake akhirnya melihat sosok monster yang dimaksud sang kakek, semuanya sudah terlambat karena Grandpa Abe sudah ditemukan dalam keadaan tewas secara misterius.
blog-missp-jacob
Jake yang mengalami trauma akhirnya memutuskan untuk mencari tahu masa lalu Grandpa Abe di Cairnholm, Wales, Inggris. Di pulau kecil inilah kakeknya menghabiskan masa kecilnya di rumah anak-anak milik Miss Peregrine. Sayang, rumah tua itu ditemukan sudah hancur akibat serangan bom Perang Dunia II di tahun 1940. Di tengah keputusasaan, Jake menemukan sosok anak-anak misterius di rumah tersebut. Ia mengenali mereka sebagai tokoh-tokoh yang dulu sering diceritakan oleh kakeknya sebagai dongeng pengantar tidur. Mereka adalah Emma (Ella Purnell), gadis yang bisa terbang; Olive (Lauren McCrostie), si pengendali api; Millard (Cameron King) yang tembus-pandang; dan Si Kembar (Thomas & Joseph Odwell) yang selalu menutup wajahnya. Grandpa Abe pernah bercerita bahwa anak-anak ajaib ini adalah sahabat lamanya. Anehnya, mereka semua tampak masih muda dan sebaya dengan Jake.
blog-jacob-emma
Jake kemudian diajak kembali ke tahun 1940 melalui sebuah time loop tersembunyi. Di dalam loop ini, waktu berhenti di tanggal 3 September 1940. Rumah tersebut masih berdiri utuh, di mana mereka semua hidup tentram tanpa bertambah tua. Sang headmistress sekaligus pengendali time loop, Miss Peregrine (Eva Green) menyambut Jake dan menjelaskan semua tentang dunia mereka — atau yang biasa disebut kaum Peculiars, yang berarti “aneh” atau “janggal”. Jake yang memiliki kemiripan dengan mendiang Grandpa Abe semasa muda, langsung mendapatkan hati di kalangan anak-anak Miss Peregrine, terutama Emma. Mereka mengajak Jake untuk tinggal bersama Miss Peregrine selamanya. Jake menjadi bimbang — apakah hidup di tahun 1940 lebih baik daripada hidup di zaman modern yang monoton? Tidak semudah itu. Di balik kehidupan damai mereka, ada ancaman mengerikan dari Hollowghast, monster ciptaan Dr. Barron (Samuel L. Jackson) yang ingin menyantap para Peculiars demi memenuhi ambisi hidup abadi.
blog-children
Stay Peculiar
#StayPeculiar adalah tema yang dipilih sebagai tagline film ini. Pesan moral ini mengajarkan kita untuk menerima seluruh diri kita apa adanya, seaneh apapun itu, dan bangga karena itulah yang membedakan kita dengan orang lain. Setiap karakter dalam Miss Peregrine memiliki keunikannya masing-masing, tidak terkecuali Jake, yang awalnya selalu rendah diri karena merasa dirinya tidak bisa apa-apa.
Kalau kamu merasa ide cerita film ini hanya ikut-ikutan kisah X-Men dengan Xavier School-nya, maka kamu salah besar. Kekuatan ajaib anak-anak Miss Peregrine bukan merupakan superpower yang destruktif seperti halnya X-Men. Justru sedikit ‘kejanggalan’ mereka membawa angin segar di tengah ramainya film-film superhero yang marak belakangan ini.
blog-dinner
Eva Green sukses memukau penonton
Saya tidak bisa membayangkan orang lain selain Eva Green untuk memerankan Miss Peregrine. Dengan aksen Inggris, Eva tampil anggun dan sangat fierce, tapi tetap sedikit komikal. Tidak heran kalau Hollywood menyebutnya sebagai the next Tim Burton’s muse. Hmm, akankah Eva Green menggantikan posisi Helena Bonham Carter?
Anak-anak Miss Peregrine semuanya tampil dengan baik. Creepy, mysterious, but adorable. Sayang, terlalu banyak tokoh yang unik-unik justru mengurangi pendalaman karakter. Rasanya film ini hanya mengedepankan peculiarity mereka saja tanpa digali lebih dalam. Mulai dari Captain America: Civil War, Suicide Squad, sampai The Magnificent Seven, sepertinya film dengan jumlah karakter yang banyak memang sedang ngetren di tahun 2016 ini.
Sangat disayangkan, memilih Asa Butterfield sebagai tokoh utama sepertinya merupakan suatu miscast. Asa hanya berwajah datar sepanjang film, bahkan tidak tampak sedih ketika kakeknya meninggal, ataupun kaget saat bertama kali bertemu Emma cs. Barangkali memang karakter Jake sengaja dibuat clueless, tapi dibawakan oleh Asa rasanya malah emotionless. Maybe Tim Burton should have just stick to Johnny Depp.
Alur cerita justru terasa agak membosankan ketika mendekati klimaks pertarungan. Thanks to Samuel L. Jackson yang sukses membuat bulu kuduk berdiri, penonton dibuat terhibur dengan aksinya yang jahat tapi humoris. Cerita ditutup dengan logika yang agak membingungkan, tapi ya namanya juga kisah fantasi, tidak usah terlalu kita pusingkan.
Bagi penggemar buku Miss Peregrine mungkin akan kecewa karena isi filmnya sangat berbeda dari novelnya. Daripada bersedih sebaiknya dari awal kamu camkan dalam hati, bahwa this version of Miss Peregrine has been Tim Burton-ized. Not in a bad way (seperti adaptasi Dark Shadows atau Alice Through the Looking Glass yang menuai review buruk di pasaran), but in a good way. Dengan cerita seru, tone yang gelap-misterius, serta efek visual yang cantik, saya bisa katakan Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children adalah karya terbaik Tim Burton sejak tahun 2010.
Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children tayang di bioskop mulai 30 September 2016. Jangan ngaku fans Tim Burton kalau belum punya tiketnya! Enggak perlu takut antre panjang atau kehabisan tiket, dapatkan segera tiket Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children di sini.

No comments:

Post a Comment