Wednesday, October 23, 2019

Life Of Pi

Life of Pi (3D)


Life of Pi (3D)
-------------------
Jangan heran bila seseorang dapat menjadi sahabat bagi bermacam-macam agama dan jangan kaget bila seekor hewan buas bisa menjadi sahabat manusia. Life of Pi setidaknya ingin menceritakan kedua hal tersebut. Permusuhan dan persahabatan hanya dibatasi oleh garis tipis yang membentang di antara mereka. Barang siapa berani untuk menerobosnya maka kebahagiaan akan ditemukannya. Film yang diangkat dari buku novel yang berjudul sama ini di tulis oleh Yann Martel yang berasal dari Kanada. Novel tersebut dirilis pada tahun 2001 dan memenangkan penghargaan Man Booker Prize pada tahun 2002. Menurut data Nielsen Bookscan, buku ini sudah terjual 1,3 juta buku.
Bagian penting dari sebuah film adalah sang sutradara dan terpilih sebuah nama yang berasal dari Taiwan yaitu Ang Lee membuat film ini menjadi menarik. Dia pernah menerima piala Oscar dua kali sebagai sutradara terbaik dalam ajang Academy Award. Bahkan di tahun 2013 sebuah penghargaan sudah menantinya yaitu Filmmaker Award dari sebuah ajang Motion Picture Sound Editor Golden Reel Awards. Orang-orang yang pernah menerima penghargaan serupa adalah George Lucas, Michael Bay, Steven Spielberg dan Client Easwood.
Film ini bercerita tentang pengalaman hidup seseorang bernama Pi (gautam belur=5 tahun, Ayush Tandon=11 tahun, Suraj Sharma=remaja, Irrfan Khan=dewasa). Nama lengkapnya adalah Piscine Molitor Patel yang diberikan oleh sang Paman yang biasa dipanggil Mamaji. Mamaji sangat menyenangi olah raga renang dan sangat terkesan dengan sebuah kolam renang di Paris Perancis yaitu Piscine Molitor. Sedangkan Patel adalah nama keluarga atau marga. Pi adalah anak kedua dan berbeda tiga tahun dengan kakaknya yang bernama Ravi. Mereka tinggal bersama orang tuanya di sebuah kota bernama Pondicherry di India, sebuah kota bagaikan separuh Perancis dan separuh India. Orangtuanya adalah pemilik kebun binatang di kota tersebut.
Pada bagian pertama film ini bercerita tentang pengalaman spiritual Pi sejak masih anak-anak. Pi yang sejak lahir sudah berada dalam lingkungan Hindu secara otomatis menjalankan ajaran Hindu. Rasa ingin tahunya cukup besar sehingga tertarik juga dengan ajaran Katolik. Tidak berhenti hanya di situ, dia juga mendalami ajaran Islam. Baginya semua agama adalah baik. Penonton tentu tidak perlu kaget dan berpikiran negatif apakah film ini mengajarkan sesuatu yang sesat. Semuanya ditampilkan secara wajar dan sederhana. Simbol agama digambarkan dengan tidak memprovokasi agama lain. Simbol Hindu ditampilkan dengan tidak makan daging. Simbol agama Katolik ditampilkan dengan Pastor dan air sucinya. Simbol agama Islam ditampilkan dengan sholatnya.
Pada bagian kedua film ini bercerita tentang pengalaman hidup Pi diatas sekoci kapal ditengah laut dengan seekor harimau yang bernama Richard Parker. Pada saat terjadi gejolak politik dan kekacauan ekonomi di kota tersebut Pi sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Kanada. Mereka membawa serta binatang-binatang koleksi kebun binatang sebagai aset yang berharga. Kapal kargo yang digunakan bernama Tsimtsum dan milik perusahaan Jepang.
Sayangnya perjalanan dengan kapal di tengah lautan tidak mulus. Pada tengah malam cuaca buruk dan hujan cukup lebat. Semuanya pada tidur dan kebetulan Pi sedang bangun dan keluar menikmati hujan.. Pi sadar bahwa ada yang tidak beres dengan kapal tersebut dan benar kapal tersebut mulai tenggelam ditelan ombak. Pi berusaha membangunkan keluarganya tapi sayang usahanya sia-sia karena air semakin dalam dan napas yang terbatas. Alhasil hanya pi yang selamat. Penggambaran ombak yang besar dan kapal yang terombang-ambing dapat disajikan cukup bagus dan terlihat alami. Suasana lautan dan air laut cukup membuat takut penonton merasa ngeri.
Hanya Pi seorang yang selamat karena menumpang sekoci dan semua penumpang lainnya ikut tenggelam bersama kapal di lautan bebas. Tak disangka di dalam sekoci yang separuhnya tertutup kain tersebut terdapat juga hewan yang terdampar disana dan masih hidup yaitu zebra, orang utan, hyena dan harimau yang bernama Richard Parker. Pi merasa senang karena terhindar dari bencana namun juga merasa sedih karena keluarganya tidak bisa diselamatkan. Lebih sedih lagi sekarang Pi berada satu sekoci dengan binatang buas hyena dan harimau.
Sudah merupakan sifat alami bila hewan merasa lapar dan untuk mempertahankan hidupnya maka akan memangsa hewan lainnya seperti dalam sistim rantai makanan. Hal yang demikian berlaku juga di atas sekoci. Orang utan memakan buah jeruk selanjutnya orang utan dimakan oleh hyena. Zebra pun ikut merasakan gigitan hyena. Pada akhirnya hyena juga menjadi makanan harimau. Sekarang hanya ada Pi dan harimau sebagai hewan terakhir yang bersifat karnivora dan buas.
Pi tidak bisa tenang karena seolah-olah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hidup di atas sekoci sendirian ditengah laut ditambah lagi ada binatang buas disampingnya. Mau tak mau Pi berpikir keras agar tidak dimangsa oleh harimau. Dia membuat sambungan dan rakitan dari papan-papan kayu hasil bongkaran sekoci dan memisahkan diri dari sekoci itu. Sekali-kali dia masuk ke dalam sekoci untuk mengambil perbekalan makanan atau sesuatu yang masih bisa digunakan.
Pi berusaha menaklukkan harimau itu dengan sedikit melakukan tindakan keras melalui tongkatnya dan aba-aba dengan pluitnya. Juga melalui pemberian makan hasil tangkapan ikan agar harimau menjadi jinak dan menuruti perintahnya. Setidaknya meniru menjadi seorang pawang harimau. Perlahan-lahan Pi berhasil menjinakkan harimau tersebut dan bisa dikatakan menjadi sahabat di kala sepi sendiri.
Sekoci akhirnya terdampar di sebuah pulau yang berpenghuni ribuan merkat, binatang sejenis luwak. Namun dibagian pulau itu ada semacam danau yang bersifat asam dan beracun bila malam hari yang dapat membuat binatang menjadi mati. Akhirnya Pi memutuskan untuk kembali di tengah lautan bersama sang harimau.
Nuansa 3 Dimensi cukup baik ditampilkan dengan keindahan laut dan kejernihannya dibuat dengan menarik. Visualisasi tampak begitu segar dipandang mata misalnya ubur-ubur yang berpendar di malam hari menerangi kegelapan. Ikan paus yang bersalto di permukaan air begitu menawan. Ribuan ikan terbang yang melintasi sekoci begitu mempesona. Semuanya begitu alami ditampilkan dengan nuansa 3 Dimensi.
Pada akhirnya sekoci membawanya ke sebuah pantai di Mexico. Kondisi Pi sudah lemas dan lunglai sedangkan kondisi harimau Richard Parker masih sanggup untuk berjalan menuju pepohonan yang rimbun. Tidak ada kata perpisahan terhadap Pi dan harimau itupun semakin jauh meninggalkan Pi yang sedang tak berdaya. Pi berharap sahabatnya itu menoleh atau mengaum sebagai tanda perpisahan tapi sekali lagi hal itu tidak terjadi.
Sosok Pi dapat diperankan dengan baik dan mimik serta spontanitasnya yang cukup patut diacungin jempol. Mungkin bagi sebagian penonton, karakter orang India dalam berbicara bahasa Inggris cukup lucu karena ada sedikit cadelnya. Pi berhasil menunjukkan kepada penonton akan kesedihan dan ketakutan serta penyesalan yang dialaminya.
Sosok harimau Richard Parker yang konon bukan binatang asli melainkan hasil animasi komputer CGI sangat bagus sekali dan hampir tidak ada bedanya dengan yang asli. Demikian juga dengan zebra, hyena dan orang utan. Semuanya tampak riil. Sungguh fantastis menyaksikan perpaduan akting manusia dan binatang animasi.
Penulis menemukan beberapa kekurangan yaitu tidak disebutkan lamanya Pi terdampar di lautan meskipun ada coretan pada dinding sekoci. Dalam novel disebutkan lamanya 227 hari. Untuk waktu selama itu, pakaian yang digunakan masih tetap terlihat putih dan utuh padahal seharusnya mungkin sudah compang-camping karena terpapar air dan hujan. Juga pada saat harimau diberi makan kambing hidup oleh sang Ayah, ternyata harimau dapat menarik tubuh kambing melewati jeruji kerangkeng besi, padahal seharusnya tubuh kambing tidak cukup untuk melewati jeruji tersebut karena kecil. Pada saat kapal terombang-ambing oleh ombak ternyata Pi dan keluarganya didalam kamar terlihat stabil.
Memang antara novel dan film ada hal-hal yang berbeda. Cerita dalam novelnya tentu saja lebih mendetail dan terperinci dibandingkan dengan novelnya. Namun demikian dengan bahasa gambar, film menampilkan sesuatu yang indah dan sesuatu yang fantastis, sesuatu yang lain. Penulis sangat merekomendasikan film ini sebagai tontonan keluarga.

No comments:

Post a Comment