Evan Almighty (2007)
Director : Tom Shadyac
Cast : Steve Carell, Morgan Freeman, Lauren Graham, Jonah Hill
Rate : 3/5
Bruce Almighty, feature yang dimainkan oleh Jim Carrey itu jatuhnya aneh di pandangan saya. Bukan hanya terlalu mengibulin pemirsa lewat temanya, sekaligus juga menjadi jalan bengkok karena penyaduran tak beralasan. Alkisah, Tuhan berkoneksi langsung dengan tokoh Bruce Nolan untuk mengabulkan semua masalah manusia. Ternyata, film rekaan Tom Shadyac itu menemui jalan lurus yang membuat peralihan labanya menjulang tinggi. Tanpa ba-bi-bu lagi, sekuel (spin-off?) akhirnya diberi lampu hijau oleh sang penggalang dana. Estafet yang dilakukan oleh Steve Carell di Bruce dilanjutkannya lewat sajian serupa tak sama di Evan Almighty.
Masih memakai formula yang sama, Evan berkutat dengan ikut campurnya tangan Tuhan. Namun, kali ini fokusnya lebih jelas. Penyelamatan hewan yang berada di kawasan tempat tinggal Evan dengan alat transportasi sebuah kapal laut. Ya, ini plesetan norak dari kisah Nuh dan bahtera-nya yang tertuang di Al-Kitab. Memanjangkan alur, Evan juga harus menaklukan konspirasi yang dilakukan dewan di kantor tempatnya bekerja. Dengan aral rintangan yang menarik ulur upaya nama baik di kantor maupun evakuasi para fauna, Evan--lengkap dengan segala jubah, rambut gondrong, dan janggutnya--menyingsingkan lengan baju.
Apa yang terjadi sama jalur komedinya? Pedoman kekocakan yang telah diterapkan di seperempat pertama film, malah menguap tak berbekas hingga menuju ending. Banyolan yang semestinya masih bisa dieksploitisir malah melempem gara-gara sisipan-sisipan kejadian yang maunya lucu tapi berujung garing. Seperti permainan ajaib manusia dan hewan cgi, sampai maksud sang goverment yang mengada-ngada. Meskipun begitu, film ini lebih terarah dalam memfokuskan plot dibanding pendahulunya, Bruce Almighty. Jika Bruce jatuh bebas ke wadah pengharapan cinta, Evan lebih tepat sasaran dalam memposisikan sebagai ajang kampanye penyelamatan para fauna. Meskipun jalan pintas yang diambil terlalu berlebihan yaitu memparodikan kisah nabi yang tertuang di Al-Kitab.
Mengesampingkan peran para ekstras yang sangat merusak momen (termasuk untuk pemeran istri Evan yang seperti aktris gagal kesting), pujian patut diberikan kepada sosok Steve Carell yang berhasil menambah daftar atas upaya terkenalnya lewat The 40-Year-Old Virgin. Di sini, kerja keras akan mimik dan gestur yang baik menekankan jika ia bukan komedian yang komikal, melainkan natural comedian. He's the star. Sedangkan bagi Morgan Freeman, tugasnya hanya menyelesaikan 'pe-er' yang belum tuntas ia kerjakan sewaktu di Bruce sebagai 'Tuhan'. Bintang tetaplah bintang.
Jika perlu bicara soal kewajaran, film ini tidak begitu layak tonton karena akan sedikit menyesatkan penonton karena asal saduran cerita yang diangkat. Ketakutan akan salah kaprah bagi penonton (terutama anak-anak) bisa jadi menimbulan plural kontra. Tapi, jika maksudnya hanya sebagai sebuah hiburan, Evan bisa dikatakan cukup berhasil dalam beberapa sisi. Lupakan CGI yang kaku, lupakan akan beratnya kisah (karena menyangkut isi kitab), lupakan jika Anda tak kunjung tertawa. Tujuan utama dibuatnya film ini adalah mencari uang. Dan buktikan sendiri, jika setiap makhluk hidup itu menjalani kehidupan berpasang-pasangan. Happy watching!
Cast : Steve Carell, Morgan Freeman, Lauren Graham, Jonah Hill
Rate : 3/5
Bruce Almighty, feature yang dimainkan oleh Jim Carrey itu jatuhnya aneh di pandangan saya. Bukan hanya terlalu mengibulin pemirsa lewat temanya, sekaligus juga menjadi jalan bengkok karena penyaduran tak beralasan. Alkisah, Tuhan berkoneksi langsung dengan tokoh Bruce Nolan untuk mengabulkan semua masalah manusia. Ternyata, film rekaan Tom Shadyac itu menemui jalan lurus yang membuat peralihan labanya menjulang tinggi. Tanpa ba-bi-bu lagi, sekuel (spin-off?) akhirnya diberi lampu hijau oleh sang penggalang dana. Estafet yang dilakukan oleh Steve Carell di Bruce dilanjutkannya lewat sajian serupa tak sama di Evan Almighty.
Masih memakai formula yang sama, Evan berkutat dengan ikut campurnya tangan Tuhan. Namun, kali ini fokusnya lebih jelas. Penyelamatan hewan yang berada di kawasan tempat tinggal Evan dengan alat transportasi sebuah kapal laut. Ya, ini plesetan norak dari kisah Nuh dan bahtera-nya yang tertuang di Al-Kitab. Memanjangkan alur, Evan juga harus menaklukan konspirasi yang dilakukan dewan di kantor tempatnya bekerja. Dengan aral rintangan yang menarik ulur upaya nama baik di kantor maupun evakuasi para fauna, Evan--lengkap dengan segala jubah, rambut gondrong, dan janggutnya--menyingsingkan lengan baju.
Apa yang terjadi sama jalur komedinya? Pedoman kekocakan yang telah diterapkan di seperempat pertama film, malah menguap tak berbekas hingga menuju ending. Banyolan yang semestinya masih bisa dieksploitisir malah melempem gara-gara sisipan-sisipan kejadian yang maunya lucu tapi berujung garing. Seperti permainan ajaib manusia dan hewan cgi, sampai maksud sang goverment yang mengada-ngada. Meskipun begitu, film ini lebih terarah dalam memfokuskan plot dibanding pendahulunya, Bruce Almighty. Jika Bruce jatuh bebas ke wadah pengharapan cinta, Evan lebih tepat sasaran dalam memposisikan sebagai ajang kampanye penyelamatan para fauna. Meskipun jalan pintas yang diambil terlalu berlebihan yaitu memparodikan kisah nabi yang tertuang di Al-Kitab.
Mengesampingkan peran para ekstras yang sangat merusak momen (termasuk untuk pemeran istri Evan yang seperti aktris gagal kesting), pujian patut diberikan kepada sosok Steve Carell yang berhasil menambah daftar atas upaya terkenalnya lewat The 40-Year-Old Virgin. Di sini, kerja keras akan mimik dan gestur yang baik menekankan jika ia bukan komedian yang komikal, melainkan natural comedian. He's the star. Sedangkan bagi Morgan Freeman, tugasnya hanya menyelesaikan 'pe-er' yang belum tuntas ia kerjakan sewaktu di Bruce sebagai 'Tuhan'. Bintang tetaplah bintang.
Jika perlu bicara soal kewajaran, film ini tidak begitu layak tonton karena akan sedikit menyesatkan penonton karena asal saduran cerita yang diangkat. Ketakutan akan salah kaprah bagi penonton (terutama anak-anak) bisa jadi menimbulan plural kontra. Tapi, jika maksudnya hanya sebagai sebuah hiburan, Evan bisa dikatakan cukup berhasil dalam beberapa sisi. Lupakan CGI yang kaku, lupakan akan beratnya kisah (karena menyangkut isi kitab), lupakan jika Anda tak kunjung tertawa. Tujuan utama dibuatnya film ini adalah mencari uang. Dan buktikan sendiri, jika setiap makhluk hidup itu menjalani kehidupan berpasang-pasangan. Happy watching!
No comments:
Post a Comment