REVIEW FILM – The LEGO Ninjago Movie: Film LEGO dengan Kisah Drama Menyentuh, Cocok Untuk Working Parents
Laporan Wartawan Grid.ID, Kama Adritya
Grid.ID – Film The LEGO Movie memiliki formula yang khas, yaitu formula komedi slapstick dengan adegan aksi cepat, gaya animasi ala stop motion, serta pesan moral untuk anak-anak.
Formula tersebut terbilang sukses dalam membuat film yang fun, serta membantu menambah penjualan merchandise dengan nama LEGO.
Formula yang sama diterapkan pada film The LEGO Movie lainnya, seperti The LEGO Batman Movie, sehingga mendulang kesuksesan yang sama dengan pendahulunya.
Kali ini untuk film layar lebar ketiganya, Warner Bros mengusung seri ternama dari LEGO yaitu Ninjago dalam film The LEGO Ninjago Movie.
Ninjago bercerita tentang sekelompok ninja yang ahli ilmu ninja dengan kendaraan mecha robot dengan elemen yang berbeda-beda.
Sebut saja Kai (Michael Pena) si ninja merah dengan elemen api, Nya (Abbi Jacobson) si ninja wanita dengan elemen air, Zane (Zach Woods) si ninja putih dengan elemen es, Cole (Fred Armisen) si ninja hitam dengan elemen bumi, Jay (Kumail Nanjiani) si ninja biru dengan elemen petir, dan Lloyd (Dave Franco) si ninja hijau dengan elemen… hijau.
Cerita pada film ini berputar di sekitar Lloyd yang merupakan pimpinan dari ninja yang ternyata juga merupakan anak dari Garmadon (Justin Theroux) si penjahat yang berambisi untuk menguasai kota Ninjago.
Akibatnya, Lloyd selalu merasa dipinggirkan saat sedang berada di sekolah maupun di tempat lain. Padahal sang ayah sendiri tidak menyadari bahwa Lloyd adalah anaknya yang terpisah selama 16 tahun dan merupakan si Ninja Hijau.
Hingga akhirnya terjadi tragedi yang mengharuskan keenam ninja ini untuk pergi mencari senjata andalan di bawah bimbingan Master Wu (Jackie Chan).
Di titik ini, narasi cerita dan mood film pun berubah menjadi lebih ke arah drama dan pengembangan karakter.
Hasilnya, narasi film ini menjadi terkesan berantakan. Karena biasanya pengembangan karakter dan unsur drama untuk film berjenis komedi aksi ini harusnya berada di awal-awal cerita. Karena narasi ini seharusnya muncul untuk memberikan motivasi pada karakter sekaligus untuk membuat kita sebagai penonton untuk tertarik mengikuti petualangan mereka.
Anehnya, unsur drama dan pengembangan karakter ini justru merupakan hal terbaik pada film ini. Cerita hubungan antara anak dan ayah sangat menyentuh. Sehingga bisa dibilang film ini wajib tonton bagi keluarga broken home ataupun working parents yang jarang menghabiskan waktu bersama anaknya.
.
.
.
.
No comments:
Post a Comment