Tuesday, December 3, 2019

Thinker Bell 3 : Great Fairy Rescue

THINKER BELL 3 : GREAT FAIRY RESCUE

Genre : fantasi
Sutradara : Bradley Raymond
Pengisi suara : Mae Whitman,Michael Sheen,Kristin Chenoweth,Pamela Adlon,Lucy Liu, Jesse McCartney,Raven-Symoné, Jeff Bennett,Rob Paulsen,Faith Prince,Lauren Mote,Angela Bartys
Produksi : Walt Disney
Tanggal rilis : 21 September 2010

Cerita film ini masih berhubungan dengan film pendahulunya yaitu Tinker Bell 1 tetapi dengan Tinker Bell 2 malah tidak ada hubungannya sama sekali.
Pada Tinker Bell 1 diceritakan bahwa peri jenis pengrajin (tinker) termasuk Tinker Bell tidak diijinkan datang ke tempat manusia atau para peri menyebutnya Mainland. Tetapi karena Tinker Bell sudah berjasa besar, maka Ratu Peri mengijinkan peri jenis Tinker ikut ke Mainland bersama peri-peri jenis lainnya.

Pada Tinker Bell 3 ini dijelaskan mengapa peri jenis tinker tidak bisa ikut ke Mainland, hal itu karena peri jenis tinker yang tugasnya memang membuat alat-alat untuk peri jenis lain pasti tidak bisa menahan rasa tertariknya dengan alat-alat buatan manusia dan selalu berusaha menyelidikinya.

Demikian juga ketika Tinker Bell dan Peri Vidia sedang berjalan-jalan di Mainland kemudian bertemu dengan manusia bernama Dr. Griffiths yang sedang mengendarai mobilnya. Naluri Tinker Bell sebagai peri jenis tinker membuatnya langsung tertarik dengan mobil Dr. Griffiths dan berusaha mendekatinya untuk menyelidiki cara kerjanya. Vidia sudah berusaha melarang Tinker Bell karena bisa ketahuan oleh Dr. Griffiths (menurut peraturan, para peri dilarang untuk menampakkan diri pada manusia) tetapi Tinker Bell tetap nekad..

Celakanya, anak Dr. Griffiths yaitu seorang gadis kecil berusia 8 tahun bernama Lizzy sangat terobsesi dengan peri. Lizzy percaya bahwa peri itu ada sehingga ia membuat rumah kecil untuk ditempati peri.
Cerita selanjutnya bisa ditebak, Tinker Bell tertarik dengan rumah kecil buatan Lizzy dan masuk ke dalamnya. Celakanya pintu rumah kecil itu macet sehingga Tinker Bell tidak bisa keluar, bertepatan dengan itu Lizzy datang sehingga ia bisa melihat Tinker Bell kemudian membawa pulang ke rumahnya.
Untungnya Vidia bisa melarikan diri dan kembali ke markas para peri untuk mengajak peri-peri lainnya membebaskan Tinker Bell dari manusia yang menangkapnya.

Pada waktu itu hujan turun dengan lebatnya sehingga para peri tidak bisa terbang karena sayapnya basah, berjalan kaki juga tidak mungkin karena tanah tergenang air yang cukup dalam untuk menenggelamkan peri yang hanya setinggi apel itu.
Untungnya ada 2 peri Tinker yaitu Clank dan Bobble sehingga mereka bisa membuat kapal yang bisa digunakan para peri untuk pergi ke rumah Lizzy dan membebaskan Tinker Bell.

Sementara itu, Lizzy sudah sampai di rumah dan akan menunjukkan Tinker Bell kepada ayahnya tetapi untung Lizzy membatalkan niatnya itu karena melihat ayahnya yaitu Dr. Griffiths yang ahli biologi itu suka mengawetkan kupu-kupu. Lizzy tidak tega jika Tinker Bell dibunuh kemudian diawetkan seperti kupu-kupu.

Perkembangan berikutnya ternyata menyenangkan karena Lizzy dan Tinker Bell bisa akrab dan bersahabat. Memang ada sedikit halangan berkomunikasi karena walaupun bahasa manusia dan peri sama tetapi manusia tidak bisa mendengar suara peri, jika peri berbicara suaranya hanya seperti dentingan lonceng bagi manusia, tetapi hal itu tidak menjadi masalah karena Tinker Bell bisa bicara dengan bahasa isyarat.
Lizzy sebenarnya mengijinkan Tinker Bell untuk pulang ke markas peri tetapi karena hujan lebat masih belum reda, Tinker Bell untuk sementara berteduh di rumah Lizzy.

Tinker Bell dan Lizzy bermain bersama. Tinker Bell menceritakan kehidupan para peri kemudian Lizzy mencatatnya di sebuah buku. Tidak hanya itu, Tinker Bell memberikan serbuk ajaibnya kepada Lizzy sehingga Lizzy bisa terbang seperti peri.
Betapa bahagianya Lizzy waktu itu.

Tetapi lagi-lagi sifat pemarah dan ceroboh Tinker Bell membawa masalah. Pada waktu itu Lizzy menunjukkan buku tentang peri yang dibuatnya bersama Tinker Bell pada Dr. Griffiths. Sebagai ilmuwan, Dr. Griffiths tentu saja tidak percaya pada tulisan Lizzy tentang peri bahkan Dr. Griffiths menuduh Lizzy telah berhalusinasi.
Mendengar sahabatnya dimarahi, Tinker Bell terbawa emosi, tanpa sadar ia menampakkan diri pada Dr. Griffiths kemudian membela Lizzy.
Sekarang ada satu lagi manusia telah melihat peri yaitu Dr. Griffiths.

Pemikiran Dr. Griffiths sebagai ilmuwan tentu saja berbeda dengan Lizzy si gadis kecil. Wujud Tinker Bell yang aneh itu tentu saja merupakan bahan penelitian yang menarik bagi Dr. Griffiths, jika dipublikasikan pasti nama Dr. Griffiths akan sangat terkenal sebagai penemu peri.
Diam-diam Dr. Griffiths menyiapkan tabung untuk menangkap Tinker Bell tetapi pada saat itu teman-teman peri Tinker Bell sudah sampai di rumah Dr. Griffith dan melihat Dr. Griffiths akan menangkap Tinker Bell.
Vidia mendorong Tinker Bell sehingga lolos dari tangkapan Dr. Griffiths tetapi akibatnya Vidia yang tertangkap dan dimasukkan dalam tabung kaca.
Dr. Griffiths kemudian membawa Vidia ke museum di London dengan naik mobil.
Lizzy, tinker Bell dan teman-teman perinya tentu saja tidak tinggal diam. Para peri memberi serbuk ajaib kepada Lizzy sehingga bisa terbang kemudian bersama-sama terbang mengejar Dr. Griffiths.

Dengan terbang, Dr. Griffiths memang terkejar bahkan Tinker Bell dengan keahliannya sebagai peri tinker bisa merusak mobil Dr. Griffiths sehingga mogok. Tetapi terlambat, Dr. Griffiths sudah sampai di pintu museum dan siap menyiarkan hasil penemuannya tentang peri.
Tapi untunglah Lizzy dan para peri bisa membujuk Dr. Griffiths agar tidak memberitahukan keberadaan peri pada manusia. Dr. Griffiths akhirnya luluh hatinya dan membebaskan Vidia kemudian bersama-sama pulang ke rumah.

Akhirnya Dr. Griffiths dan Lizzy sepakat untuk tetap merahasiakan keberadaan peri pada manusia lain, maka terjalinlah persahabatan pertama antara manusia dan peri.

Opini saya tentang film ini :
Menurut saya film ini lebih mantap dari film pendahulunya yaitu tinker Bell 1 dan 2 (sinopsisnya juga sudah saya buat di blog ini).
Gambar 3D nya cukup indah dan realistic ditunjang dengan musiknya yang juga indah dan sangat sesuai dengan jalan cerita sehingga terasa tidak hanya mata yang dimanjakan oleh film ini tetapi juga telinga.

No comments:

Post a Comment