Friday, December 6, 2019

Point Break

Resensi Film: Point Break (2015)


Jika Anda menyukai film-film yang berlatar-belakang keindahan alam, penuh dengan scene yang cantik, serta demonstrasi adegan ekstrim; maka Point Break adalah film yang cocok. Banyak penonton yang membandingkan film remake ini dengan film aslinya tahun 1991, dan mencelanya. Namun karena aku belum pernah menonton film orisinilnya, jadi mungkin penilaianku tidak seburuk mereka.
Utah — nama populer dari Johnny, adalah seorang atlit-ekstrim, yang suka melakukan tantangan penuh adrenalin dengan taruhan nyawa. Ketika melakukan salah satu aksi liarnya, ia kehilangan sahabat karibnya. Hal ini membuat Utah banting setir, alih profesi menjadi FBI. Atasannya meragukan Utah punya komitmen untuk menjadi FBI, dan hal ini teruji ketika Utah mendapatkan kasus untuk memecahkan pencurian & perampokan besar-besaran yang didalangi oleh sekelompok atlit-ekstrim.
Secara ceritanya sebenarnya Point Break memiliki modal yang baik, tetapi sayangnya sutradara Ericson Core kurang membangun intensitas cerita, pendalaman karakter yang dangkal, dan narasi yang mentah. Hal-hal dramatis juga lewat begitu saja di film ini, padahal seharusnya bisa menjadi sosok yang mengharukan. Luke Bracey sebagai Utah pun terasa kurang mampu menunjukkan dilema yang seharusnya dialami seorang Utah. Edgar Ramirez sebagai Bodhi pun tidak bisa muncul sebagai karakter yang seharusnya memiliki pesona karena idealismenya. Kesimpulan akhir dari ceritanya pun hanyalah: begitulah jika orang terlalu fanatik dengan suatu keyakinan.
Hal yang bisa dinikmati dari film ini adalah keindahan scene yang ada. Berbagai atraksi yang heboh, seperti terjun payung yang diikuti uang berterbangan, berselancar dengan ombak tinggi, wingsuit flying, panjat tebing tanpa alat pengaman; dan semuanya dilakukan di alam terbuka dengan view yang WOW. Tidak rugi jika menonton film ini di 3D, pasti seru!

No comments:

Post a Comment