Friday, December 6, 2019

The Litlle Prince

Resensi Film: The Little Prince (2015)

IMG_9590
Trailer film ini SANGAT luar biasa bagus. Selain editing videonya yang keren, musik layar dari Richard Harvey & Hans Zimmer bikin merinding banget. Cerita tentang THe Little Prince ini diambil dari buku berjudul sama, karya ANtoine de Saint-Exupery (I haven’t read the book, anyway). Sudah pernah dibuat menjadi layar lebar, dan kali ini di tangan Mark Osborne berubah menjadi sebuah film sastra yang cantik.
Untuk menonton film ini, kita harus memahami bahwa film ini bercerita tentang imajinasi anak-anak. Di mana setiap orang pernah menjadi anak-anak, tetapi cenderung melupakannya. Seorang gadis kecil (Mackenzie Fox) dan Ibunya (Rachel McAdams) bertekad masuk ke sekolah ternama. Mereka adalah orang yang sangat teratur dan terjadwal dengan detail. Seperti pada masyarakat umumnya, mereka sangat amat disiplin waktu dan terencana. Namun, gadis kecil tersebut mulai “keluar dari jalurnya” setelah bertemu dengan tetangganya yang eksentrik, seorang Kakek (Jeff Bridges). Si Kakek menceritakan tentang “The Little Prince”, seorang pangeran dari sebuah asteroid B-612.
Pangeran kecil tersebut merawat sebuah mawar; namun karena mawar itu egois; akhirnya ia berpindah ke asteroid-asteroid yang lain. Ia bertemu dengan Raja, Businessman, Orang Sombong; dan akhirnya bertemu dengan Penerbang yang terdampar di padang pasir. Dalam prosesnya, Pangeran kecil juga bertemu dengan Rubah liar, dan ular. Semua tokoh-tokoh di dalam cerita ini sebenarnya adalah perumpamaan dari tipe-tipe manusia, serta hubungan antar manusia.
Yang paling berkesan bagiku adalah ketika Pangeran Kecil terkejut ternyata ada banyak bunga mawar, lantas ia mulai bertanya, apa istimewanya mawarku? Jawabannya ada pada quotes di bawah ini:
“It is the time you have wasted for your rose that makes your rose so important.”
Antoine de Saint-Exupéry, The Little Prince
yang artinya: “Waktu yang kamu habiskan buat mawarmu lah yang membuat mawarmu menjadi begitu penting”.
Selain itu, ada rubah yang tadinya liar kemudian dijinakkan; melalui film ini juga diingatkan bahwa ketika kita sudah dekat dengan seseorang, atau dalam kasus ini binatang peliharaan; maka kita harus bertanggung-jawab pada hidupnya. Karena setelah menjadi jinak, maka rubah itu akan terikat pada kita. (OK, saya jadi teringat kucing saya yang tertinggal di rumah lama. Don’t worry Silky, I will come everyday to get u back home).
Nah, cukup bahas ceritanya. Secara film, mungkin banyak penonton yang akan bengong dan sulit menangkap arti ceritanya; karena batas antara imajinasi dan kenyataan tidak jelas. Itu saja bagi orang dewasa; apalagi bagi penonton muda. Jelas film ini meskipun animasi, tidak ditujukan untuk anak-anak. Animasinya tidak diragukan lagi, luar biasa bagus dan spesial. Karena tidak seperti animasi pada umumnya, gambaran-gambaran di sini seolah-olah terbuat dari prakarya tangan, crayon, seni kertas, dsb. Musiknya tidak bisa diragukan lagi, ISTIMEWA. Sebuah film yang bisa dibilang, agak “nyentrik”, tapi indah.

No comments:

Post a Comment