(REVIEW) Sherlock Gnomes: Animasi yang Meleset Sasaran
Cerita: 6 | Penokohan: 7 | Visual: 6 | Sound Effect/Scoring: 6 | Penyutradaraan: 6 | Nilai Akhir: 6,2/10
Film animasi memang masih jadi industri yang diminati para sineas di dunia. Di tengah banyaknya film-film serius dan butuh penonton dewasa, film animasi hadir sebagai penyegar dan tontonan hiburan bagi anak-anak. Rilisnya film Sherlock Gnomes jadi salah satu animasi yang mewarnai musim liburan anak-anak pekan ini.Sinopsis: Ketika Gnomeo dan Juliet kehilangan seluruh gnome di tamannya, mereka merekrut detektif yang bernama Sherlock Gnomes. Mereka terlibat dalam aksi petualangan untuk menyelidiki ornamen tanaman yang hilang satu per satu. Sherlock Gnomes bersama dengan rekannya, Watson, berusaha untuk mencari tahu siapa pencuri yang membuat keresahan di taman tersebut.Paramount Pictures kembali menyapa penggemar lewat Sherlock Gnomes. Sekuel dari Gnomeo and Juliet (2011) ini menceritakan petualangan sekelompok ornamen yang berbentuk kurcaci. Tampaknya, para gnomes bakal dibikin waralaba dengan cerita-cerita parodi dari karya-karya serius. Setelah Romeo and Juliet (1597) karya Shakespeare, kini gantian Arthur Conan Doyle dengan karya-karya Sherlock Holmes-nya.
Cerita Sherlock Holmes pertama kali dikenalkan pada 1887. Tokoh detektif konsultan ini terangkum dalam empat novel dan 56 cerita pendek.Enggak bisa dimungkiri bahwa Paramount Animation dan sutradara John Stevenson sengaja bikin film animasi ini untuk ngebuktiin bahwa karya para pesohor enggak sulit untuk dimengerti. Makanya, waralaba ini jadi unik karena berani menyuguhkan karya para pesohor dengan ringan dan bisa dinikmati anak-anak. Soalnya, karya-karya para pesohor hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang.
Plot cerita yang dibangun sedikit membingungkan. Soalnya, kalau dilihat dari judul, film ini berfokus pada karakter Sherlock dan Watson. Namun, karakter Gnomeo dan Juliet juga punya porsi adegan yang sama penting dengan duo detektif tersebut. Seakan, karakter Sherlock dan Watson sebagai mengantar petualangan Gnomeo dan Juliet.
Apalagi, Sherlock Gnomes merupakan sekuel dari Gnomeo and Juliet. Udah sepantasnya kalau karakter Gnomeo dan Juliet sama penting dengan Sherlock dan Watson. Nah, bisa jadi itulah khasnya sekuel ini. Ada penambahan karakter para pesohor dunia dalam petualangan Gnomeo dan Juliet sebagai karakter utama waralaba ini.
Animasi ini memiliki rating PG-13. Soalnya, tayangan yang ditampilkan lebih kuat kebutuhannya akan dampingan orangtua, berbeda dengan film pertamanya yang bisa dinikmati semua umur. Yap, kisah detektif memang enggak mudah diaplikasikan buat penonton semua umur. Namun, Stevenson dianggap udah berusaha memasukkan cerita serius dalam imajinasi anak-anak.
Enggak bisa dimungkiri bahwa rating PG-13 untuk penonton Indonesia berbeda dengan PG-13 untuk penonton luar negeri. Soalnya, ada adegan-adegan enggak sopan yang rentan ditiru oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun. Tayangan Sherlock Gnomes pun enggak lepas dari unsur tersebut.
Buat lo penggemar cerita detektif Sherlock Holmes, film ini bisa jadi hiburan. Soalnya, cerita pelesetan yang dibangun bisa bikin lo ketawa. Namun, buat lo yang enggak tahu kisah detektif tersebut, film ini jadi hal baru yang masih bisa lo nikmati.
Meski begitu, film ini masih bisa dinikmati, kok. Banyak aksi lucu detektif asal Inggris bersama asistennya dalam menyelidiki kejahatan. Ditambah, citra kurcaci hidup dalam visual mainan ornamen jadi hal unik untuk ditayangkan. Mirip dalam karakter-karakter yang dihidupkan dalam waralaba Toy Story.
Sepintas, enggak ada yang terlalu istimewa dalam karakter-karakternya. Namun, kalau lo tahu pengisi suara di balik para gnomes, lo bakal terkejut. Pasalnya, film animasi ini bertabur bintang. Yap, seperti film pertamanya, James McAvoy dan Emily Blunt masih dipercaya sebagai pengisi suara karakter utama Gnomeo dan Juliet. Keduanya mampu memberikan chemisty meski sebatas dalam bentuk suara.
Sementara itu, karakter Sherlock disuarakan apik oleh aktor multitalenta, Johnny Depp. Seperti yang kita tahu, Depp bisa memerankan karakter apa pun, termasuk jadi ornamen. Uniknya, karakter Sherlock yang dibawakan Depp mirip dengan aksinya sebagai Jack Sparrow dalam waralaba Pirates of the Caribbean. Sama-sama nyeleneh, nekat, dan “gila”.
Depp berhasil memerankan Sherlock Holmes dengan unik. Seorang “detektif konsultan” ini dikenal akan ketajaman penalaran logis, kemampuan menyamar, dan keterampilannya dalam menggunakan ilmu forensik untuk memecahkan berbagai kasus.
Di sisi lain, karakter Watson disuarakan oleh Chiwetel Ejiofor. Lo pasti ingat kiprahnya sebagai pemeran Baron Mordo dalam Doctor Strange (2016) dan Solomon Northup dalam 12 Years a Slave (2013). Film garapan Stevenson ini memang kerap menampilkan suara-suara aktor terkenal, seperti Jason Statham, Patrick Stewart, Ozzy Osbourne, dan Jim Cummings.
Visual animasi ini benar-benar cerah. Bahkan, benda-benda enggak penting pun dibuat mendetail. Meski belum sedetail animasi buatan perusahaan “lampu meja”, Paramount Animation menghadirkan tayangan yang ceria dan memanjakan mata. Para ornamen juga dibikin layaknya benda nyata. Sebagai pelengkap, ada iringan musik dari Elton John dan Bernie Taupin.
Film animasi misteri komedi ini tampaknya enggak sulit digarap Stevenson. Berbekal kemampuannya yang diasah sejak Shrek (2001), Shrek 2 (2004), dan Kung Fu Panda (2008). Stevenson juga dianggap tepat memilih Depp dan Ejiofor sebagai duo detektif. Karakter McAvoy dan Blunt juga masih dihidupkan dengan masing-masing khasnya.
Film ini bisa jadi pilihan tontonan buat lo yang suka cerita Sherlock Holmes. Penyuka film animasi juga bisa jadikan Sherlock Gnomes sebagai tayangan penyegar di tengah tayangan horor. Lo bisa ajak teman-teman dan keluarga lo buat nonton. Eits, film ini untuk 13 tahun ke atas, ya! Kalau lo punya adik atau calon adik ipar yang umurnya kurang dari 13 tahun, jangan coba-coba ajak mereka, deh!
Film ini udah bisa lo nikmati di bioskop seluruh Indonesia mulai 23 Maret 2018. Yuk, tonton cuplikan filmnya dulu biar lo enggak penasaran!
No comments:
Post a Comment